Tampilkan postingan dengan label Akuntansi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akuntansi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2013

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Perusahaan Manufaktur yang tidak begitu besar dan sederhana proses produksinya, kadang-kadang menggunakan system akuntasi yang sederhana yang didasarkan pada system persediaan periodic, pencatatan persediaan yang digunakan dalam proses produksi, penentuan barang yang masih dalam proses, dan barang yang telah terjual, didasarkan pada perhitungan fisik periodik yang biasanya dilakukan pada akhir tahun.
Perusahaan manufaktur yang lebih besar, lebih-lebih bila proses produksinya yang kompleks, biasanya menggunakan system akuntasi yang didasarkan pada persediaan perpetual. System akuntansi untuk operasi manufaktur yang didasarkan pada persediaan perpetual disebut system akuntansi biaya (cost aconting system). System ini dapat menghasilkan informasi tentang harga pokok produksi per unit dan lebih efektif dalam membantu manajemen dalam pengawasan biaya.
PERSEDIAN POKOK AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Perbedaan yang terdapat dalam akuntansi untuk perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang, disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat operasi. Ciri-ciri sifat perusahaan dagang adalah menjual barang dagangannya tanpa mengelolah lebih dahulu barang yang dibelinya. Operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang, karena perusahaan manufaktur membuat sendiri barang yang akan di jualnya. Perusahaan manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai, dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.
ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
perusahaan manufaktur biasanya meneluarkan berbagai macam biaya dalam proses produksinya yang telah dikelompokan menjadi beberapa golongan antaranya adalah sebagai berikut :
1.Bahan Langsung
2.Tenaga Kerja Langsung
3.Overhead Pabrik.
HARGA POKOK PRODUK DAN BIAYA PERIODE.
Dalam perusahaan manufaktur terjadi baik biaya periode maupun pokok produk. Harga poko produk dikeluarkan untuk tujuan mndapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi. Karena harga pokok produk terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva, maka pengeluaran tersebut membentuk harga perolehan aktiva.
Biaya periode erat hubungannya dengan periode waktu terjadinya pengeluaran biaya. Pengeluaran ini tidak langsung berhubungan dengan proses menghasilkan produk. Oleh karena itu biaya periode dibebankan sebagai biaya pada periode pada terjadinya biaya tersebut. Termasuk dalam biaya periode adalah biaya penjualan dan biaya umum & administrasi.
REKENING-REKENING KHUSUS DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Rekening-rekening dalam buku besar sebuah perusahaan perusahaan manufaktur biasanya lebih banyak bila dibandingkan dengan rekening buku besar sebuah perusahaan dagang. Hal ini disebabkan oleh sifat operasi perusahaan manufaktur yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan perusahaan dagang. Berikut adalah beberapa rekening yang biasa dijumpai dalam perusahaan manufaktur :
1.Rekening pembelian bahan baku
2.Rekening ikhtisar biaya produksi
3.Rekening persediaan bahan baku
4.rekening persediaan barang dalam proses
5.rekening persediaan barang jadi
LAPORAN RUGI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Laporan rugi laba pada perusahaan manufaktur sama dengan laporan rugi-laba pada perusahaan dagang. Keduannya melaporkan pendapatan (penjualan), biaya penjualan dan biaya umum & administrsi. Dala laporan rugi-laba perusahaan manufaktur, “Pembelian” diganti dengan “Harga Pokok Produksi” dan “Persedian Barang Dagangan” diganti dengan “Persedian Barang Jadi”.
Untuk memberikan informasi yang lengkap, biasanya laporan rugi-laba fiberi lampiran yang berupa Laporan Harga Pokok Produksi, dan bila perlu kadang-kadang dilampiran juga denga Daftar biaya Overhead pabrik. Hubungan antara laporan rugi-laba dengan laporan harga pokok produksi dan daftar biaya overhead.
NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Neraca lajur dibuat peerusahaan denga tujuan :
1.Untuk melihat pengaruh penyesuaian atas rekening-rekening sebelum membuat penyesuaian dalam jurnal dan membukukannya ke dalam rekening yang bersangkutan.
2.Memisah-misahkan rekening-rekening (setelah disesuaikan) berdasarkan laoporan yang akan terjadi tempat pelaporan masing-masing rekening.
3.menghitung dan menguji ketelitian perhitungan laba bersih.
Penyusunan neraca lajur pada perusahaan manufaktur dimulai dengan memasukan saldo-saldo rekening yang belum disesuaikan ke dalam kolom “neraca saldo”. Selanjutnya dimasukan juga penyesuaian yang diperlukan pada kolom “Penyesuaian”.

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR


oleh : ALI IRFAN
  • Karakteristik Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. 
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
  • Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur

Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok produksi.
  • Persediaan (Inventory)

Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
  • Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)

Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead pabrik adalah:
(1) bahan pembantu (kadangkadang disebut: bahan tidak langsung (indirect materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor;
(3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon dan lainlain.

  • Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini  seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur. 

  • Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan manufaktur.

  • Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

  • Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

  • Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.

  • Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.

Sabtu, 13 April 2013

Deposito On Call


  Deposito On Call
Deposito on call merupakan deposito digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang besar. Penerbitan Deposito on call memiliki jangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Doc diterbitkan atas nama.
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call. Namun, sebelumnya deposan 3 hari sebelumnya sudah memberitahukan bank penerbit bahwa akan mencairkan depositonya.
Contoh : Tn. Robidy memiliki uang sejumlah Rp. 100.000.000,00 ingin menerbitkan DOC mulai hari ini tanggal 1 Desember 2000. Bunga yang telah dinegoisasi adalah 4% perbulan (pm) dan diambil pada saat pencairan. Pada tanggal 20 Desember 2000 Tn. Robidy mencairkan DOCnya.
Pertanyaan : Berapa jumlah bunga yang bank bayar pada saat pencairan jika dikenakan pajak sebesar 15%?
Jawab : Lama uang mengendap dr tanggal 1 -20 Desember = 20 hari
Bunga = 4 % x Rp. 100.000.000,00 x 20 hari                            = Rp. 2.666.667,00
                                30 Hari
Pajak  15% x Rp. 2.666.667,00                                                      = Rp.    400.000,00
Jumlah yang diterima                                                                     = Rp. 2.266.667,00

Sertifikat Deposito


   Sertifikat Deposito
Sama dengan deposito berjangka, namun perbedaannya sertifikat depositi diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat serta dapat diperjual belikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain.  Perbedaan lain adalah pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka, baik tunai maupun non tunai, disamping  setiap bulan atau jatuh tempo.
Contoh : Tn. Roy akase membeli 10 lembar sertifikat deposito nominal @ Rp. 10.000.000,00 dengan bunga 6% pa dan pajak 15%. Jangka waktu sertifikat deposito adalah 12 bulan.
Pertanyaan : Berapa jumlah bunga yang diterima Tn. Roy akase jika bunga diambil setiap bulan?
Jawab : Nominal sertifikat deposito 10 lx @ Rp. 10.000.000,00      = Rp. 100.000.000,00
Bunga = 6% x Rp. 100.000.000,00  x 1 bulan                               = Rp.       500.000,00
                                12 bulan
Pajak  = 15% x Rp. 500.000,00                                                   = Rp.           75.000,00       
Jumlah bunga yang diterima setiap bulan                                        = Rp.         425.000,00       

MAKALAH AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR


A. PENDAHULUAN
Perusahaa manufaktur yang tidak begitu besar dan sederhana pross produksinya,kadang-kadang menggunakan sistem akuntansi yang sederhana yang didaarkan pada sistem persediaan periodik.pecatatan persedian yang digunakan dalam proses produksi,penentuan barang yag masih dalam proses,dan barang yang terjual,didasarkan pada peritungan fisik periodik yang biasanya dilaukan pada akhir tahun.Dalam sitem seperti ini,perhitungan fisik sangat dominan untuk meetuan persediaan akhir,dan jumlah yang digunakan atau dijual selama periode.istem akuntansi seperti di gambarkan di atas disebut sistem akuntansi umum (general accounting system).Sistem akuntansi untuk operasi manufaktur yang didasarkan pada persediaan perpetual disebut system akuntansi biaya(cost accounting system).sistem akuntasi untuk operasi manufaktur yang didasarkan pada persediaan perpetual disebut sistem akuntasi biaya (cost acconting system)
B. PERBEDAAN POKOK AKUNTASI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG DENGAN AKUNTASI UNTUK PERUSAHAAN  MANUFAKTUR
Perbedaan yang terdapat dalam akuntasi untuk perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang,disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat operasinya.ciri pokok operasi perusahaan dagang adalah menjual barang dagangan tanpa mengolah lebih dahulu barang yang dibelinnya.dengan perkataan lain perusaahaan dagang tidak melakukan proses produksi,sehingga barang yang dibeli langsung dijual.dengan demikian penentuan harga pokok barang yang dibeli maupun dijual dalam perusahaan dagang relative mudah.operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang,karena perusahaan manufaktur membuat sendiri barang yang akan dijualnya.Dalam perusahaan manufaktur,penentuan harga pokok barang yang diproduksi dan harga pokok penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit.perusahaan manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.
Perbedaan ini timbul karena perusahaan dagang langsung menjual barang yang dibelinya,sedangkan peusahaan manufaktur harus membuat dulu barang yang akan dijualnya.
Laporan harga pokok produksi menujukkan biaya untuk menghasilkan produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur.Adanya perbedaan catatan dan teknik yang digunakan dalam akuntansi untuk biaya-biaya ini,menyebabkan timbulnya perbedaan dalam karakteristik akuntansi perusahaan manufaktur.
  1. ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUKSI
Dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk,perusahaan manufaktur biasanya mengeluarkan berbagai macam biaya.Biaya yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 golongan besar,yakni :bahan langsung,tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik.
Ø  Bahan Langsung
Bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi disebut bahan langsung.sebagai contoh,bahan langsung dalam sebuah pabrik sepatu terdiri dari kulit,kain,benang,paku,dan lem. Bahan langsug harus dibedakan dari bahan tak langsung yang meliputi bahan-bahan perlengkapan pabrik seperti minyak dan oli mesin,bahan bakar dan sebagainya.bahan tak langsung digunakan dalam proses produksi,tetapi tidak menjadi bagian dari produk jadi.oleh karena itu,biaya bahan tak langsung menjadi sukar untuk ditelusuri ke unit barang tertentu atau proses tertentu.
Barang-barang yag dibeli perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi disebut bahan baku (raw material).biasanya bahan baku digunakan dalam proses produksi,seperti halnya bahan langsung.pada saat dibeli bahan tersebut didebet ke rekening pembelian bahan baku.akan tetapi jika bahan yang dibeli tersebut akan digunakan sebagai bahan tak langsung,maka rekening yang digunakan adalah perlengkapan pabrik.
Ø  Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses mengubah bahan menjadi produk jadi disebut tenaga kerja langsung.tenaga kerja tak langsung digunakan dalam proses produksi tetapi tidak bias dihubungkan atau diterapkan pada suatu produk tertentu.oleh karena itu tenaga kerja tak langsung tidak dapat dengan mudah dihubungkan atau dibebankan pada unit atau proses tertentu. Contoh tenaga kerja tak langsung adalah tenaga pengawas,tenaga pemeliharaan mesin,dan tenaga pembersih.
Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung dalam system akuntansi umum disebut tenaa kerja langsung.Sedangkan biaya kerja tak langsung dicatat dalam satu atau beberapa rekening tenaga kerja tak langsung.
Ø  Overhead Pabrik
Biaya-biaya produksi lain,selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung disebut overhead pabrik.Biaya-biaya ini disebut juga biaya produksi tak langsung.contoh biaya overhead pabrik
Contoh overhead pabrik
Tenaga kerja tak langsung                                     Biaya listrik pabrik
Bahan tak langsung :                                             Biaya gas pabrik
Bahan Pembersih                                              Depresiasi mesin dan peralatan
Bahan Pelumas (oil dll)                                    Amortisasi hak paten
Bahan bakar (solar dll)                                     Penghapusan alat-alat kerja kecil
Reparasi gedung dan peralatan pabrik                   Asuransi tenaga kerja
Asuransi peralatan pabrik                                       Pajak penghasilan tenaga kerja
Pajak bangunan pabrik                                          Pabrik

  1. HARGA POKOK PRODUK DAN BIAYA PERIODE
Dalam perusahaan manufaktur terjadi baik biaya periode maupun harga pokok produk.Harga  pokok produk dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi.
C. REKENING – REKENING KHUSUS DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Rekening-rekening dalam buku besar sebuah perusahaan manufaktur, biasanya lebih banyak dibandingkan dengan rekening buku besar sebuah perusahaan dagang. Hal ini disebabkan oleh sifat operasi perusahaan manufaktur yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan perusahaan dagang.
Rekening yang khusus dijumpai dalam perusahaan manufaktur, antara lain: Perlengkapan Pabrik, Biaya Pemakaian Perlengkapan Pabrik, Persediaan Bahan Baku, Persediaan Barang dalam Proses, Persediaan Barang Jadi, dan Barang dalam Proses. Berikut ini akan dijelaskan beberapa rekening yang biasa dijumpai dalam perusahaan manufaktur.
Ø  Rekening Pembelian Bahan Baku
Perusahaan menggunakan sistem akuntansi umum untuk kegiatan manufakturnya, maka semua biaya bahan langsung dicatat dengan mendebet rekening Pembelian Bahan Baku. Apabila  perusahaan menggunakan sistem voucher, maka dalam voucher register bisa disediakan kolom khusus untuk pendebetan ke dalam rekening pembelian Bahan Baku.
Ø  Rekening Ikhtisar Biaya Produksi
Dalam perusahaan manufaktur biasanya digunakan satu buah rekening untuk menampung pembebanan semua biaya produksi, baik biaya produksi langsung maupun tidak langsung.
Ø  Rekening Persediaan Bahan Baku
Perusahan menggunakan sistem akuntansi umum, maka persediaan bahan baku yang ada dalam persediaan (yang ada di gudang) harus ditentukan dengan cara melakukan perhitungan fisik atas persediaan. Jumlah persediaan yang ditentukan melalui perhitungan fisik tersebut, kemudian melalui jurnal penutup dicatat ke dalam rekening Persediaan Bahan Baku. Jumlah saldo pada akhir periode yang nampak dalam rekening ini, akan menjadi saldo awal untuk periode berikutnya.
Ø  Rekening Persediaan Barang Dalam Proses
Setiap perusahaan manufaktur biasanya mempunyai sejumlah barang yang masih berada dalam proses pengerjaan. Barang-barang yang masih dalam keadaan belum selesai dikerjakan yang ada pada akhir periode disebut persediaan barang dalam proses.
Ø  Rekening Persedian Barang Jadi
Persediaan barang jadi dalam perusahaan manufaktur hamper sama dengan persediaan barang dagngan dalam sebuah perusahan dagang, keduanya merupakan barang yang sudah siap untuk dijual. Perbedaanya ialah bahwa persedian barang dagangan diperoleh malalui pembelian, sedangkan persediaan barang jadi diperoleh melalui proses produksi.
D. LAPORAN RUGI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Laporan rugi-laba pada perushaan manufaktur mirip dengan laporan rugi laba pada perusahaan dagang. Keduanya melaporkan pendapatan (penjualan), biaya penjualan dan biaya umum & administrasi. Namun pada bagian harga pokok penjualan nampak perbedaan yang agak menonjol. Dalam laporan rugi-laba perusahaan manufaktur, “Pembelian” diganti dengan “Harga Pokok Produksi” dan “Persediaan Barang Dagangan”  diganti dengan  “Persediaan Barang Jadi”
Ø  Laporan harga pokok produksi
Elemen-elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Laporan harga pokok produksi dirancang untuk memberikan informasi mengenai biaya-biaya tersebut .Dalam laporan tersebut nampak bahwa bagian 1 lapora harga pokok produksi menunjukkan biaya pemakaian bahan langsung.
Akan tetapi iika jenis barang overhead cukup banyak, maka dalam laporan harga pokok produksi hanya dilaporkan total biaya overhead, sedangkan rincian biaya overhead dapat dilaporkan dalam suatu daftar tersendiri yang merupakan lampiran dri laporan harga pokok produksi.
E. NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR 
            Neraca lajur dibuat perusahaan dengan tujuan:
1. Untuk melihat pengaruh penyesuaian atas rekening-rekening sebelum membuat penyesuaian dalam jurnal dan membukunya ke dalam rekening yang bersangkutan.
2. Memisah-misahkan rekening-rekening (setelah disesuaikan) berdasarkan laporan yang akan menjadi tempat pelaporan masing-masingrekening.
3. Menghitung dan menguji keteletian perhitungan laba bersih.
F. PERBEDAAN NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN PERUSAHAAN DAGANG
Apabila kita bandingkan antara neraca lajur pada sebuah perusahaan manufaktur deenga neraca lajur pada perusahaan dagang ,terlihat bahwa dalam neraca lajur perusahaan manufaktur terdapat sepasang kolom tambahan, yaitu kolom “Laporan Harga Pokok Produksi”. Seperti telah diterangkan di atas, dalam perusahaan manufaktur diperlukan laporan tambahan yanag disebut laporan harga pokok produksi. Penambahan kolom tersebut dalam neraca lajur dimaksudkan agar penyusunan laporan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan mudah,seperti halny laporan rugi-laba dan neraca.
Pembutan dan pengerjaan kolom penyesuaian pada prisipnya tidak berbeda dengan perusahaan dagang. Begitu pula cara pengerjaan bagian lain dari neraca lajur, tremasuk penentuan rugi-laba pada perinsipnya sama dengan pengerjaan neraca lajur dalam perusahaan dagang.


G. PENYUSUNAN NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Penyusunan neraca lajur pada perushaan manufaktur dimulai dengan memasukkan saldo-saldo rekening yang belum disesuikan ke dalam kolom “Neraca Saldo”.selanjutnya dimasukkan juga penyesuaian yang diperlukan pada kolom “penyesuian”.
Ø  Memasukan Saldo setelah Disesuaikan ke dalam Kolom Laporan yang Sesuai di Nerca Saldo
Setelah penyesuaian selesai di kerjakan,tahap berikutnya adalah mengabungkan saldo dalam kolom Neraca saldfo dalam kolom Penyersuian (kalau ada), dan memasukkan hasilnya dalam kolom laporan yang sesuai.Pos-pos yang dimasukkan kedalam Harga Pokok Produksi terdiri dari bahan baku,persediaan barang dalam proses, tenaga kerja langsung,dan semua biaya yang termasuk dalam overhead pabrik.Pos-pos yang di cantumkan dalam kolom laporan Rugi-Laba terdiri dari persediaan awal barang jadi,pendapatan,biaya penjualan,biaya umum dan administrasi,dan biaya lainya.Pos-pos lainya dilaporkan kedalam neraca (aktiva, kewajiban, dan modal).
Ø  Memasukkan Jumlah Persedian Akhir
Setelah pos-pos dalam neraca saldo yang telah disesuaikan dimasukkan  ke dalam kolom-kolom untuk laporan yang sesuai di neraca lajur,maka tahap berikutnya adalah memasukkan jumlah-jumlah persediaan akhir ke dalam neraca tersebut. Oleh karena persediaan bahan baku dan persediaan barang dalam proses dikurangkan dalam laporan harga pokok produksi, maka jumlah persediaan akhir bahan baku dan persediaan akhir barang dalam proses dimasukkan pada kolom kredit Laporan Harga Pokok Produksi. Di lain pihak, karena persediaan akhir merupakan aktiva, maka kedua saldo persedian akhir tersebut harus di cantumkan juga pada sisi debet kolom Nerca.
Setelah persediaan akhir dimasukkan ke dalam neraca lajur, maka tahap selanjutnya adalah menjumlahkan kolom-kolom Laporn Pokok Produksi. Selisih kolom debet dan kolom krdit Laporan Harga Pokok Produksi merupakan jumlah harga pokok produksi pada periode yang bersangkutan. Jumlah tersebut harus dicantumkan pada kolom kredit Harga pokok Produksi, sehingga jumlah kolom debet sama dengtan kolom kredit. Jumlah harga pokok produksi juga dicantumkan pada kolom debet di kolom lporan Rugi-Laba. Langh\kah selanjutnya adalah menyelesaikan neraca lajur dengan cara yang sama seperti dalam neraca lajur untuk perusaaan dagang.
H. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Setelah neraca lajur selesai dikerjakan,maka langkah berikutnya adalah menyusun laporan keuangan yang datanya telah tersedia dalam neraca lajur. tujuan utama pembuatan neraca lajur adalah untk mempermudah menyusun laporan keuangan. Dengan telah selesainya pembuatan neraca lajur di atas,maka lapopran keuangan dapat disusun dengan lebih mudah. Laporan Harga Pokok Produksi disusun dengan mengutip data yang tercan tum dalam kolom Harga Pokok Produksi.Demikian pula laporan rugi-laba dan nerca disusun dengan mengutip data dari dua pasang kolom terakhir di naraca lajur.

I. JURNAL PENYESUAIAN
Pembuatan jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak bebeda dengan jurnal penyesuaian pada perusahaan dagang. Untuk setiap ayat penyesuaian yang tercantum pada kolom penyesuaian di neraca lajur, harus dibuat jurnal penyesuaian yang formal dalam jurnal umum.
pembuatan jurnal penyesuaian di neraca lajur, terlihat bahwa pembuatan jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan penyesuaian yang di buat pada perusahaan dagang. Namun demikian khusus untuk informasi penyesuaian butir (d), jurnal penyesuaian agak istemewa. Pada umumnya sisi debet rekening Perlengkapan Pabrik digunakan untuk mencatat pembelian segala macam perlengkapan pabrik yang digunkan perusahaan.
J. JURNAL PENUTUP
Rekening-rekening yang digunakan menghitung harga pokok produksi pada suatu periode akuntansi. Harus ditutup pada akhir periode. Biasanya penutupan dilakukan melalui rekening ikhtisar biya produksi dan selanjutnya rekening ikhtisar biaya produksi ditutup ke rekening laba – rugi.
Ayat – ayat jurnal diatas dia mbil inforamsi yang terdapat pada kolom harga pokok  produksi dalam neraca. Perhatikan bahwa jurnal didebetkan pada rekening ikhtisar biaya produksi diambil dari total kolom tersebut dikreditkan untuk menutupnya. Ayat jurnal yang kedua mempunyai fungsi yaitu :
1.      untuk mencatat persedian akhir bahan baku dan pers. Akhir barang dalam proses.
2.      untuk mengurangkan kedua jumlah yang masih berstatus sebagai pers. Dari ikhtisar biaya produksi.
K. MASALAH PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAN MANIFAKTUR
Apabila perusahan manufaktur menggunakan sistem akuntansi umum untuk kegiatan produksinya, maka perhitungan fisik persedian memegang peranan yang sangat penting. Hasil perhitungan fisik umntuk masing-masing jenis persediaan ( bahan baku, barang dalam proses, barang jadi ).tersebut kemudian dinilai berdasarkan dalam harga  yang layak.  Penilaian persediaan akhir bahan baku biasanya tdk begitu sulit karena persediaan bentuknya masih serupa dengan keadaan ketika dibeli. Akan tetapi penilaian atas persediaan akhir barang  dalam  proses dan barang jadi biasanya tidak mudah. Kedua persediaan tersebut mengadung unsur bahan baku yang telah diberi tambahan sejumlah tenaga kerja langsung overhead pabrik. Keduanya sudah tidak sama lagi dengan keadaan ketika dibeli. Oleh karena itu penentuan nilai kedua jenis persediaan itu menjdi tidak sederhana. Karena perlu menetapkan nilainya perlu ditaksir jumlah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead yang telah dimasukan kedalam masing-masing barang tersebut.
L. PENAKSIRAN BIAYA BAHAN LANGSUNG DALAM PERSEDIAAN AKHIR
Penaksitran biaya bahan baku lansung terdapat dalam barang dalam proses dan barang jadi biasanya tidak begitu sulit. Setelah jumlah unit barang proses penghitungan, maka bagian produksi biasanya dapat diperkirakan berapa banyak bahan langsung yang terkandung dalam tiap-tiap barang dalam proses, dan selanjutnya dapat ditentukan berapa harga bahan langsung yang terkandung dalam persediaan bahan dalam proses. Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk menaksir harga bahan langsung yang terdapat pada persediaan barang jadi.
M. PENAKSIRAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG DALA PERSEDIAAN AKHIR.
Proses penaksiran biaya tenaga kerja langsung dalam persediaan akhir barang dalam proses persediaan barang jadi pada dasarnya sama dengan penaksiran bahan baku. Penaggung jawab dibagian produksi harus menaksir presentase penyelesaian barang dalam proses dan menghitung biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan pada persediaan akhir barang dalam proses tersebut. Hal yang sama dilakukan pula untuk menaksir biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebenkan pada persediaan akhir barang jadi.

Deposito berjangka (DB)


    Deposito berjangka (DB)
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi  mulai 1,2,3,6,12,18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan ataupun lembaga.  Penarikan bunga dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau sesuai jangka tertentu.
Untuk menarik minat masyarakat, pihak bank dapat memberikan berbagai insentif atau rangsangan.
Depositi berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing biasanya diterbitkan oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan, dan bunga dilakukan dengan kurs umum.
Contoh : Tn. Ray ingin menerbitakan deposito berjangka dengan nominal Rp. 30.000.000,00 jangka waktu yang diinginkan adalah 9 bulan bunga dikenakan 26% pa. Dan diambil setelah jatuh tempo. Setelah jatuh tempo seluruh deposito dicairkan dan uangnya diambil tunai.
Pertanyaan: berapa jumlah bunga yang tn. Ray Ibrahim terima setelah jatuh tempo?
Jawab : Bunga = 26% x Rp. 30.000.000,00 x 9/12 bulan     = Rp. 5.850.000,00
                Pajak = 15 % x Rp. 5.850.000,00                                  = Rp.     877.500,00
                Bunga bersih setelah jatuh tempo                           = Rp. 4.972.500,00