oleh : ALI IRFAN
- Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur
(manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan
baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan
khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi
barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi.
Bidang akuntansi yang
menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting).
Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan
membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban
pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan
terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
- Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan
perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur
adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi
dan beban pokok produksi.
- Persediaan (Inventory)
Berdasarkan perusahaan
dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam,
yakni:
1. Persediaan bahan baku
(raw materials inventory)
2. Persediaan barang
dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang
jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku
melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku
adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan
dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain
yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk
menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi
terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai
diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan
demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
- Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi
dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut biaya manufaktur
(manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini
digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal
periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu
dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode.
Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw
materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan
langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah
kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja
lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang menangani
secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung
dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam
perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret
Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik
(overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan tenga
kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung
dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead
pabrik adalah:
(1) bahan pembantu
(kadangkadang disebut: bahan tidak langsung (indirect materials)
misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan
mebel);
(2) tenga kerja tidak
langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang pekerjaannya tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya
gaji mandor;
(3) pemeliharaan
dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon
dan lainlain.
- Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi
(production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi
selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam
proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian
dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi
adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen
biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua
biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi)
yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan
pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini
seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing
unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini
biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam
situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common
cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya
yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat
dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang
dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya
yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah
menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain
selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya
nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam
rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban
administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat
mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair.
Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan
pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi
teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban
depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya
overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk
kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban
pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut.
Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan
kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor
atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap
beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan
tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur.
- Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah
diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi barang
selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok
produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan
dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode.
Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga
produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan
bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan
Manufaktur
Seperti telah
dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap
pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau
penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam
jurnal
3. Pemindahanbukuan (
posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca
saldo
5. Pembuatan neraca
lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan
keuangan
7. Pembuatan jurnal
penutup
8. Pembuatan neraca
saldo penutup
9. Pembuatan jurnal
balik
Bab ini tidak akan
membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan
manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut secara
garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses akuntansi untuk
masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan manufaktur (ketiga
istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam
buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim
dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap
diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman
minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada
sebuah perusahaan manufaktur.
- Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku,
seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk
pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai).
Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di
buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan
rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta
pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang
untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam
perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk
menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian
dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode.
Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan
fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan
terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
- Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada
tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu
disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir
periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya
dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat
jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
- Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari
berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji,
listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan,
asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik,
penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain.
Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku
besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya
disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening
induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap
jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik,
misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian.
Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya
overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup
atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban
pokok produksi.
- Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah
kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus
melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan
keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang
belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi
untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan
sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok
produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai
persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai
persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses,
baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan
penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana
menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah
bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya
pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat
nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi
nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian
untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke
proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan
persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang
digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok
produksi.
Di bawah ini (pada
halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke
dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini
digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan
yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur.
Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang terkait dan harus
dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan
masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu
saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika
perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..