Dalam
kamus Bahasa Indonesia, ada beberapa sinonim kata yang menjelaskan makna
dari kata Loyalitas ini, antara lain adalah: Kesetiaan, Kepatuhan, Ketaatan,
Komitmen dan pengorbanan. Dalam konteks profesi, loyalitas yang saya maksudkan
lebih dekat padanannya dengan Kesetiaan, karena memang kata Kestiaan lebih
tepat kalau dipadu-padankan dengan kata profesi. Jadi makna yang terkandung
dalam “Loyalitas pada Profesi” adalah kesetiaan pengabdian pada profesi, penuh
tanggung jawab dan siap berkorban demi pengabdian pada profesi.
Sejatinya
seorang profesional adalah orang yang memiliki loyalitas pada profesi, tanpa
loyalitas maka tidak bisa dikatakan profesional, karena tanpa adanya loyalitas
pada profesi bagaimana mungkin seseorang bisa mengenal dan menguasai bidang
profesinya secara baik. Seseorang bisa dikatakan profesional apabila dia
betul-betul menguasai bidang profesi yang dia geluti. Seorang profesional
biasanya juga disebut sebagai tenaga ahli dalam satu bidang profesi.
Seorang
pekerja profesional yang bekerja pada sebuah perusahaan, pada hakikatnya
pengabdian yang dilakukan atas dasar kesetiaan pada profesi, bukanlah kesetiaan
pada perusahaan tempatnya bekerja, kalau terlihat loyal pada perusahaan, itu
semata-mata merupakan implikasi dari totalitas pengabdiannya pada profesi yang
ditekuninya. Kesetiaan pengabdian pada profesi akan berpengaruh besar pada
peningkatan kemampuan, sedangkan kesetiaan pengabdian pada perusahaan hanya kan
menumbuhkan kepatuhan,nah kepatuhan inilah yang nantinya akan merusak kestiaan
pada profesi.
Saya
pernah bekerja pada sebuah prusahaan Rumah Produksi, saya bekerja secara
kontrak sesuai dengan satu judul produksi, saya bekerja sesuai dengan Job yang
ada dikontrak, diluar job tersebut tidak akan saya lakukan. Tapi satu ketika
saya disuruh mengerjakan sesuatu yang diluar Job saya, saya menolaknya..lalu
perusahaan menggap saya tidak loyal. Saya katakan pada pemilik perusahaan, saya
bukan tidak loyal pada perusahaan kalau saya tidak mau melakukan suatu pekerjaan
yang diluar job saya, itu semua saya lakukan karena saya berusaha untuk
profesional, job saya dikontrak cukup jelas dan itu semua saya lakukan karena
loyalitas saya pada profesi.
Dengan
penjelasan tersebut, akhirnya pemilik perusahaan dapat mengerti alasan saya dan
selanjutnya dia lebih menghargai dan menghormati saya sebagai seorang yang
konsisiten juga setia pada profesi. Sikap seperti inilah yang senantiasa
saya pertahankan, loyalitas pada profesi itu pada saatnya akan memberikan
banyak manfaat, baik pada kelangsungan profesi maupun pada eksistensi profesi
itu sendiri.
Demikianlah
ulasan singkat mengenai Loyalitas pada Profesi dalam pandangan saya, mungkin
saja kompasianer juga punya pandangan lain terhadap makna dari Loyalitas pada
Profesi, atau juga pengalaman yang berkaitan dengan loyalitas pada profesi,
kalau tidak keberatan silahkan share disini sambil berbagi pengalaman dan
pengetahuan agar dapat diambil hikmah dan manfaatnya.
Manajemen Sumber Daya
manusia. Didalam kamus bahasa Indonesia menjelaskan sikap adalah perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs. Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Loyal
adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian diatas,
kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan
lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut
telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh
karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan pekerjaan menjadi
lebih giat lagi.
Fasilitas
– fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik
mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan
imbalan yang sesuai kepada karyawannya.
Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi
perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk
itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
a.
Gaji yang cukup
b.
Memberikan kebutuhan rohani.
c.
Sesekali perlu menciptakan suasana santai.
d.
Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat.
e.
Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju.
f.
Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan.
g.
Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas.
h.
Sesekali mengajak karyawan berunding.
i.
Memberikan fasilitas yang menyenangkan.
(Nitisemito,
1991:167Sebab – sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak
sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak
cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan
sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat
menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa
bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain:
rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material antara
lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi
dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi
– indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawanantara lain
1.
Turun/ rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA
RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA
RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih muda.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..