Setiap
anak dilahirkan pada hakikatnya sudah mempunyai potensi masingmasing,
atau kodrat alam (menurut istilah Ki Hajar Dewantara). Disadari atau tidak, sejak kecil kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Orang tua kita adalah guru pertama kali dalam hidup hingga kita menjadi seorang yang dewasa. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya lingkungan keluarga saja yang kita tahu, kita mengenal lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan negara. Sehingga kita tahu betapa pentingnya proses pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
atau kodrat alam (menurut istilah Ki Hajar Dewantara). Disadari atau tidak, sejak kecil kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Orang tua kita adalah guru pertama kali dalam hidup hingga kita menjadi seorang yang dewasa. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya lingkungan keluarga saja yang kita tahu, kita mengenal lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan negara. Sehingga kita tahu betapa pentingnya proses pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
Berbicara
tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban manusia. Perkembangan
pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya
masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh
pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Tulisan ini akan
mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia, serta
sasaran pendidikan secara umum di Indonesia .
Dari
masa perkembangan peradaban kunosampai munculnya abad pencerahan (renaisance)
di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan
pemerintahan. Pendidikan merupakan hal yang paling utama, hal itu dapat kita
lihat dari beberapa ahli berikut ini :
ü
Jean Jaqques rosseau, seorang tokoh pembaharu
prancis menyebutkan, semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu
lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan.
ü
Aristoteles, ahli filsafat yunani kuno
berpendapat bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu memperbaiki system pendidikan.
ü
Van de Venter, tokoh
politik Etis atau balas budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga mengatakan, pendidikan yang diberikan kepada rakyat pribumi, akan dapat merubah
nasib pribumi.
ü
Tokoh pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan Ki
Hajar Dewantoro, juga menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib
suatu bangsa hanyalah pendidikan.
ü
Menurut UNESCO, badan PBB yang menangani bidang
pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahwa jika ingin
membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari
pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
ü
Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono, pada
acara Hari Anak Nasional, mengatakan bahwa bangsa yang pendidikannya jelek
tidak maju, bangsa yang maju adalah bangsa yang produktif, inovatif, dan
cerdas, di samping memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, sehat jasmani dan
rohanidan rukun satu sama lain.
ü
Wakil presiden Yusuf Kalla, juga berpendapat dalam
menyikapi pro dan kontra tentang standarisasi Ujian Nasional (UN) menegaskan bahwa
Anak-anak yang belajar keras dan sungguh-sungguh tidak boleh di samakan dengan
anak-anak yang malas, hal itu tidak benar, karena Negara Indonesia tidak
dibangun dengan kemalasan, namun harus dengan kerja keras.
Nah,
sudah jelaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak
bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge). Tujuan
pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap kepribadian
yang positif.
Dengan
demikian, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan
sejalan dengan dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat
logisnya, maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian baik
secara konseptual dan operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan
kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan maslah-masalah yang dihadapi oleh
umat manusia.
Dengan
menganalisa berbagai filsafat, seperti filsafat yunani, barat dan lainnya, maka
muncullah berbagai macam disiplin ilmu dengan menggunakan filsafat. Sehingga
berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini menemukan
kembali relevansinya dan berkemampuan untuk menjawab persoalan-persoalan yang
dihadapai umat manusia.
Pendekatan
filsafat diperlukan seiring dengan perkembangan pendidikan. Karena problematika
pendidikan yang bersifat filosofis memerlukan jawaban yang filosofis pula. Di
samping itu filsafat pendidikan bsa didekati dengan ide-ide filosofis yang
diterapkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
melatarbelakangi munculnya filsafat pendidikan adalah banyaknya
perubahan-perubahan dan permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan
pendidikan yang tidak mampu dijawab sendiri oleh filsafat. Selain itu, yang
melatarbelakangi munculnya filsafat pendidikan adalah banyaknya ide-ide baru
dalam dunia pendidikan. Adapun datangnya ide-ide tersebut diantaranya berasal
dari tokoh-tokoh filsafat Yunani.
Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat telah
melahirkan berbagai macam pandangan/ide yang salah satunya ialah lahirnya
pandangan tentang filsafat pendidikan. Begitu pula halnya dengan filsafat
pendidikan bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau
aliran.
Karena kesimpulan filsafat tidak pernah mandeg, maka setiap
keputusan atau kesimpulan yang diperoleh tidak pernah merupakan kesimpulan
final. Sebab itu, dunia percaturan filsafat (termasuk filsafat pendidikan)
seringkali hanya berkisar pada permasalahan-permasalahan yang sama, baik
sebagai suatu bentuk persetujuan ataupun penolakan terhadap kesimpulan yang
ada.
1. Aliran Progressivisme
Aliran
Progressivisme, progress (maju)
adalah sebuah faham filsafat yang lahir dan sangat berpengaruh dalam abad
ke-20. Aliran filsafat ini kelahiran Amerika dan pengaruhnya terasa di seluruh
dunia yang mendorong usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan.
2. Aliran Essensialisme
Essensialisme
–essensi (pokok)-
merupakan aliran yang memandang terhadap pendidikan harus didasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran ini
berpedoman pada peradaban sejak zaman Renaissance. Pada zaman Renaissance telah
berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu
pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman Yunani
dan Romawi. Dalam zaman Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran
essensialis yang berkembang selanjutnya sepanjang perkembangan zaman
Renaissance itu sendiri. Pada zaman modern sekarang ini dikembangkan lagi oleh
para pengikut dan simpatisan ajaran aliran filsafat tersebut, sehingga menjadi
aliran filsafat yang teguh berdiri sendiri, yang mempunyai ciri-ciri utama yang
berbeda dengan aliran progressivisme.
- liran Perennialisme
Perennialisme
diambil dari kata perennial, yang artinya kekal atau abadi. Dari makna
yang terkandung dalam kata itu, aliran perennialisme mengandung kepercayaan
filasafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal
abadi. Aliran filsafat ini termasuk pendukung yang kuat dari filsafat
essensialisme. Pendiri utama dari filsafat ini adalah Aristoteles yang kemudian
didukung dan dilanjutkan oleh Thomas Aquinas, sebagai reformer utama pada abad
ke-13.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata
rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris “rekonstruct”, yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan, aliran ini adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis
kebudayaan modern.
Salah
satu contoh masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan untuk
menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasitanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,
akan tetapi miskin aplikasi.
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan diseluruh aspek kehidupan, baik orang-orang terdekat maupun
masyarakat, baik yang formal maupun nonformal, dengan tujuan merubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik
menjadi kebiasaan yang baik demi terbentuknya pribadi manusia yang baik dan
berkualitas selama manusia tersebut menjalani kehidupannya.
Jadi,
untuk memahami arti pendidikan yang seutuhnya harus ada keseimbangan antara
pendidikan formal dan nonformal. Karena pendidikan formal sangat penting dalam
membentuk sikap pada diri manusia. Namun, pendidikan nonformal sering dinomorduakan
dibanding pendidikan formal. Oleh karena itu, banyak persoalan-persoalan muncul
di lingkungan sekitar, yang terkadang muncul dari orang yang berpendidikan
tinggi, namun tidak mempunyai sikap yang baik.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana peranan filsafat dalam
pendidikan?
2.
pengertian proses pendidikan
3.
peran filsafat dalam pendidikan
III.
PEMBAHASAN
A.
pengertian proses pendidikan
B.
peran filsafat dalam pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi
filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat
karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan
yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam,
serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta
pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan
IV.
KESIMPULAN
Pertanyaannya,
pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan sejalan dengan
dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya, maka
pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian baik secara konseptual
dan operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab
tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan
Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori
pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan
prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
Beberapa aliran filsafat
pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme,
realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme
berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya
pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan
aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa
hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya
membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki
rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat
dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme.
Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan
arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat
untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat.
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak
(child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan
pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah
seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau
memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai
dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses
aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog,
dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah. Filsafat Pendidikan, Gaya
Media Pratama, Jakarta :
1997.
Omar Mohammad al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa DR. Hasan
Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta :
1979.
Zuhairini, Dra. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta : 1995.
Pertanyaannya
adalah, seiring dinamika zaman yang semakin mengglobal, begitupun disiplin
keilmuan yang semakin berkembang era ini,
akankah pendidikan mampu menjawab tantangan serta memecehkan
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia?. bagaimanakah kalangan
dunia pendidikan yang di kenal dengan “kawah candradimuka” mengembangkan
lokus-lokus atau lembaga kajian baik secara konseptual maupun secara
operasionalnya demi kesejahteraan hidup manusia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..