Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling
konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal
perkebunan meningkat dengan laju 2.6% per tahun pada periode tahun 2000-2003,
dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16.3 juta ha (Tabel 1). Dari
beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia (karet, kelapa sawit, kelapa,
kopi, kakao, teh, dan tebu), kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat
dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan diatas
5% per tahun.Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya
berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif
lebih baik dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal
komoditas tersebut.
Tabel
1. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Indonesia (1000 Ha)
Komoditi
|
Tahun
|
Pertumbuhan
|
|
2000
|
2003
|
(% per tahun)
|
|
Karet
|
3 372.4
|
4 125.6
|
7.0
|
Kelapa Sawit
|
3 769.6
|
4 793.0
|
8.3
|
Kelapa
|
3 696.0
|
3 909.9
|
1.9
|
Kopi
|
1 260.7
|
1 293.8
|
0.9
|
Kakao
|
749.9
|
917.6
|
7.0
|
Tebu
|
340.6
|
336.2
|
-0.4
|
T e h
|
153.7
|
152.2
|
-0.3
|
Lainnya
|
2 101.2
|
1 099.7
|
-19.4
|
Total
|
15 103.5
|
16 291.8
|
2.6
|
Sumber:
Direktorat Bina Produksi Perkebunan (2004)
Sejalan
dengan pertumbuhan areal. produksi perkebunan juga meningkat dengan konsisten
dengan laju 7.6% pada tahun 2000-2003, dengan total produksi mencapai 19.6 juta
ton pada tahun 2003 (Tabel 2). CPO dari kelapa sawit dan karet merupakan dua
komoditas yang mempunyai kontribusi yang dominan.Produksi kelapa sawit tumbuh
pesat dengan laju 12.1% per tahun.Pertumbuhan produksi komoditas kakao dan kopi
juga relatif pesat pada periode tersebut.Meningkatnya harga-harga produk
perkebunan pada tahun 2003 merupakan salah satu faktor pendorong peningkatan
produksi tersebut.
Tabel
2. Perkembangan Produksi Produksi Perkebunan
Komoditi
|
Tahun
|
Pertumbuhan
|
|
2000
|
2003
|
(% per tahun)
|
|
Karet
|
1 501.4
|
1 630.3
|
2.8
|
Kelapa Sawit
|
7 580.5
|
10 682.9
|
12.1
|
Kelapa
|
3 047.0
|
3 241.5
|
2.1
|
Kopi
|
554.6
|
691.1
|
7.6
|
Kakao
|
421.1
|
572.6
|
10.8
|
Gula
|
1 690.0
|
1 700.0
|
0.2
|
T e h
|
162.6
|
168.1
|
1.1
|
Lainnya
|
2 472.9
|
2 618.0
|
1.9
|
Total
|
15 740.1
|
19 604.5
|
7.6
|
Sumber:
Direktorat Bina Produksi Perkebunan (2004)
Dengan
perkembangan yang cukup konsisten, subsektor perkebunan mempunyai peran
strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional, maupun dalam
menjawab isu-isu global.
Peran Subsektor Perkebunan dalam
Pembangunan Nasional
Sebagai
salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan
secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia .Sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan
masalah yang mendesak, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup
signifikan.Sampai dengan tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh
subsektor perkebunan diperkirakan mencapai sekitar 17 juta jiwa.Jumlah lapangan
kerja tersebut belum termasuk yang bekerja pada industri hilir
perkebunan.Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah
sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan
daerah terpencil.Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan kerja
oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi.
Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting
dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap
produk domestik bruto (PDB).Dari segi nilai absolut berdasarkan harga yang
berlaku. PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33.7 triliun pada tahun
2000 menjadi sekitar Rp 47.0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat dengan
laju sekitar 11.7% per tahun (Tabel 3). Dengan peningkatan tersebut, kontribusi
PDB subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah sekitar 16 %.
Terhadap PDB secara nasional tanpa migas, kontribusi subsektor perkebunan
adalah sekitar 2.9 % atau sekitar 2.6 % PDB total. Jika menggunakan PDB dengan
harga konstan tahun 1993, pangsa subsektor perkebunan terhadap PDB sektor
pertanian adalah 17.6%, sedangkan terhadap PDB nonmigas dan PDB nasional
masing-masing adalah 3.0% dan 2.8%.
Tabel
3. Nilai dan Kontribusi PDB Subsektor Perkebunan
Sektor
|
PDB Harga Berlaku
(Rp. trilyun)
|
Pangsa Perkebunan Terhadap (%)
|
|||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
||
Perkebunan
|
33.7
|
37.4
|
42.0
|
47.0
|
100.0
|
Pertanian, Peternakan, Hutan,
Perikanan
|
217.9
|
244.7
|
275.2
|
296.2
|
15.9
|
Total PDB tanpa Gas
|
1 081.4
|
1 279.2
|
1 433.8
|
1 594.9
|
2.9
|
Total PDB
|
1 264.9
|
1 467.7
|
1 610.6
|
1 786.7
|
2.6
|
Sejalan
dengan pertumbuhan PDB.subsektor perkebunan mempunyai peran srategis terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai
tahun 1997, subsektor perkebunan kembali menujukkan peran strategisnya.Pada
saat itu, kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan
dimana ekonomi Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan –13% pada
tahun 1998.Dalam situasi tersebut, subsektor perkebunan kembali menunjukkan
kontribusinya dengan laju pertumbuhan antara 4%-6% per tahun.
Ketika
ekonomi Indonesia mulai membaik, kontribusi dalam hal pertumbuhan, terus
menunjukkan kinerja yang konsisten.Selama periode 2000-2003, laju pertumbuhan
subsektor perkebunan selalu diatas laju pertumbuhan ekonomi secara nasional
(Tabel 4).Sebagai contoh, pada tahun 2001, ketika laju pertumbuhan ekonomi
secara nasional adalah sekitar 3.4%, subsektor perkebunan tumbuh dengan laju
sekitar 5.6%.Situasi ini menunjukkan bahwa subsektor perkebunan dapat berperan
sebagai salah satu subsektor andalan dalam hal pertumbuhan, baik pada saat
ekonomi dalam keadaan booming maupun pada saat krisis.
Tabel
4. PDB Berdasarkan Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Sektor
|
PDB Harga Konstant 1993
(Rp. trilyun)
|
Pangsa Perkebunan Terhadap (%)
|
|||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
||
Perkebunan
|
10.7
|
11.3
|
11.8
|
12.4
|
|
Pertanian, Peternakan,
Hutan, Perikanan
|
66.2
|
67.3
|
68.7
|
70.3
|
17.6
|
Total PDB tanpa Gas
|
363.8
|
379.0
|
394.5
|
412.7
|
3.0
|
Total PDB
|
398.0
|
411.6
|
426.9
|
444.5
|
2.8
|
Pertumbuhan Perkebunan (%)
|
|
5.6
|
4.4
|
5.1
|
|
Pertumbuhan Nasional (%)
|
|
3.4
|
3.7
|
4.1
|
|
Mempunyai
orientasi pasar ekspor, subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
andalan dalam menyumbang devisa. Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit
adalah produk-produk dimana lebih dari 50% dari total produksi adalah untuk
ekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten
menyumbang devisa dengan dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya
mencapai US$ 4 miliar per tahun. Nilai tersebut belum termasuk nilai ekspor
produk olahan perkebunan, karena ekspor olahan perkebunan dimasukkan pada
sektor perindustrian.
Tabel
5. Perkembangan Ekspor Produk Perkebunan
Komoditi
|
Volume (1000 Ton)
|
Pertumbuhan
|
Nilai (Juta US$)
|
Pertumbuhan
|
||
2000
|
2002
|
(% per tahun)
|
2000
|
2002
|
(% per tahun)
|
|
Karet
|
1 379.6
|
1 496.0
|
0.0
|
888.6
|
1 037.5
|
0.1
|
Kelapa Sawit
|
4 688.8
|
6 407.5
|
0.2
|
1 326.4
|
2 348.6
|
0.3
|
Kopi
|
352.9
|
325.0
|
0.0
|
467.8
|
223.9
|
-0.3
|
Kakao
|
424.1
|
465.6
|
0.1
|
341.8
|
701.0
|
0.4
|
T e h
|
105.6
|
100.1
|
0.0
|
112.1
|
103.4
|
0.0
|
Lainnya
|
2 538.0
|
|
|
819.3
|
|
|
Total
|
9 489.0
|
|
|
3 956.0
|
|
|
Karena subsektor
perkebunan umumnya berkembang di wilayah pedesaan, marginal, dan kadang
terpencil, subsektor perkebunan mempunyai peran strategis dalam pengembangan
wilayah yang pedesaan dan terpencil.Di samping dilakukan oleh perusahaan negara
(PTPN) dan perusahaan swasta, pengembangan berbagai program pembangunan melalui
pola PIR atau pola berbantuan lainnya mempunyai kontribusi yang
signifikan.Keberadaan perkebunan telah memberi kontribusi signifikan pada
pertumbuhan di wilayah.Berkembangnya berbagai industri pendukung perkebunan,
sektor jasa transportasi, konstruksi, dan perdagangan tidak terlepas dari multiplier
effectpembangunan perkebunan di wilayah tersebut.
Peran Subsektor Perkebunan dalam Isu Global
Terhadap
isu global yang kini menjadi sorotan internasional seperti kemiskinan,
ketahanan pangan, dan isu lingkungan/pembangunan berkelanjutan, subsektor
perkebunan mempunyai kontribusi yang juga tidak dapat diabaikan.Terlepas
kegagalan dalam beberapa proyek PIR, pengembangan berbagai program perkebunan
juga telah terbukti mampu mengurangi jumlah penduduk miskin.Seperti diketahui,
pengurangan jumlah orang miskin adalah tujuan pertama dari Millenium
Development Goals (MDGs).Pengembangan perkebunan, khususnya yang berbasis
kelapa sawit, dari berbagai studi telah menunjukkan terjadinya pengurangan
jumalah penduduk miskin.Suatu studi tahun 2002 menunjukan bahwa jumlah orang
miskin di wilayah perkebunan kelapa sawit secara umum kurang dari 6%, sedangkan
secara nasional jumlah penduduk miskin adalah sekitar 17%.
Peran
strategis lain dari subsektor perkebunan dalam isu global yang perlu mendapat
perhatian adalah kontribusinya dalam ketahanan pangan. Minyak goreng dan gula
merupakan produk perkebunan yang mempunyai peran penting dalam memelihara
ketahanan pangan.Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Eropa, berusaha
memaksimalkan tingkat produksi pangannya dalam upaya mencapai ketahanan
pangan.Seperti diketahui, ketahanan pangan merupakan salah satu syarat penting
dalam ketahanan nasional.
Akhirnya,
subsektor perkebunan juga berperan penting dalam hal isu lingkungan yang
merupakan isu global yang secara konsisten gaungnya semakin
menguat.Pengembangan komoditas perkebunan di areal yang marginal merupakan
wujud kontribusi subsektor perkebunan dalam memelihara
lingkungan/konservasi.Sebagai contoh.pengembangan tanaman teh di daerah
pegunungan dengan kemiringan yang tajam dengan kondisi lahan yang kritis,
berperan penting dalam konservasi lingkungan. Pengembangan komoditas karet di
lahan kering dan kritis juga memberi kontribusi nyata dalam memelihara bahkan
memperbaiki lingkungan. Di samping itu, pengembangan komoditas karet dalam
bentuk agroforestry serta pemanfaatan kayu karet sebagai pengganti kayu dari
hutan primer merupakan kontribusi lain perkebunan karet dalam konservasi
lingkungan. Pengembangan komoditas kelapa sawit di lahan rawa juga merupakan
wujud kontribusi subsektor perkebunan dalam memelihara lingkungan. Selanjutnya,
pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel juga merupakan bentuk lain dari
pengembangan perkebunan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pada masa
mendatang.kontribusi ini akan semakin strategis ketika cadangan minyak bumi
yang dimiliki semakin menipis serta harga minyak yang mulai meningkat.
Di balik peran subsektor perkebunan yang semakin strategis,
pengembangan subsektor perkebunan masih mengalami beberapa kendala dan hambatan
yang perlu segera diatasi,
yaitu :
ü
Pertama, kebanyakan
tanaman perkebunan yang ada adalah tanaman yang sudah tua sehingga
produktivitas rendah. Di sisi lain, upaya untung melakukan replanting masih
mengalami masalah, terutama dari sisi pendanaan.
ü
Kedua, pengembangan
subsektor perkebunan juga masih menghadapi masalah yang berkaitan dengan HGU,
baik itu mencakup luasan maupun masa berlaku HGU yang dinilai masih teralu
pendek untuk perkebunan dengan siklus produksi sekitar 30 tahun.
ü
Ketiga, masih adanya
konflik tanah dan sosial antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat sekitar
merupakan masalah yang juga perlu segera diatasi.
ü
Keempat, pengenaan PPN
pada produk perkebunan juga dinilai sebagai salah satu hambatan dalam pengembangan
subsektor perkebunan.
ü
Kelima, belum adanya
semacam cetak biru pengembangan subsektor perkebunan juga dinilai sebagai salah
satu hambatan dalam pengembangan bisnis perkebunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..