I. PENDAHULUAN
Banjir dan
menurunnya permukaan air tanah banyak terjadi dibeberapa kawasan perumahan.
Hal tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan
musim kemarau, yang menyebabkan kerugian material antara Rp. 3 juta sampai
dengan 6 juta per rumah dan berdampak menurunnya harga rumah secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sumur resapan
air atau pembangunan pompa pengendali banjir.
Saat ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan
perumahan, khususnya perumahan menengah ke bawah yang tidak hanya "berlabel
bebas banjir" tapi benar-benar bebas dari banjir. Banjir
yang semula musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena kerapkali terjadi
dan bahkan menjadi rutinitas yang terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan
perumahan, seperti yang dialami beberapa kawasan perumahan di daerah Tangerang,
Jakarta, dan Bekasi . Di Tangerang
beberapa kawasan perumahan terendam air antara satu hingga tiga meter, Jakarta
dan Bekasi banjir berkisar antara 20 cm sampai satu meter.
Penghuni kawasan perumahan yang dilanda banjir nampak pasrah menerima
musibah ini, mereka kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual
rumah turun drastis bahkan tidak ada yang berminat untuk membelinya, seperti di
Perumahan Total Persada Tangerang harga rumah tipe 21 luas tanah 60 m2
yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25 juta akan dijual dengan harga yang
sangat murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat membelinya. Keadaan ini membuat mereka, banjir merupakan hal biasa dan mereka
telah siap menerima kedatangannya setiap tahun.
Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi
dipinggiran kota, yang rata-rata masih menggunakan air
tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya dilanda
banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya
permukaan air tanah dimusim kemarau.
Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air
tanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi
lahan dari lahan pertanian atau hutan ke perumahan akan
dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upaya-upaya
menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain
dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah
horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air,
sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume
aliran air permukaan.
Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada
kawasan perumahan dapat dilakukan dengan cara
pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak pengembang
perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan
konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai kejadian banjir yang melanda
kawasan perumahan dan pengetahuan tentang konstruksi sumur resapan air yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan
bagi para pengembang perumahan dan Intansi yang terkait dalam mewujudkan
kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan.
II.
Faktor Penyebab Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah
Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan
yang berkembang pesat akan mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan
terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan
menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada
berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada
musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah.
Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya :
1. Pengembangan
rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).
2. Sistem
drainase yang tidak terencana dengan baik
3. Masih
kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan
sampah.
Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan
perumahan sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain.
Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar
antara 5 sampai 15 tahun atau dapat lebih cepat tergantung dari lokasi
perumahan dan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki
perumahan tersebut. Pengembangan rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi
dihampir semua lokasi perumahan, rumah-rumah dikembangkan kearah horisontal
dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah
jika dibandingkan dengan pengembangan kearah vertikal. Hal ini berakibat garis
sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari tepi jalan (Saragih, 1997) yang semula
diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau taman menjadi tidak ada
atau berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim hujan volume aliran
air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah menjadi
sangat sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air bahkan banjir dan
berkurangnya persediaan air tanah pada lokasi perumahan.
Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan
sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah-rumah
per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat
menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah,
yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan
tersebut dan sekitarnya.
Pengelolaan sampah di kawasan perumahan biasanya dilakukan ada yang
bekerjasama dengan dinas kebersihan Pemerintah Kota
(Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang dikelola secara swadaya
masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat sering
menimbulkan masalah karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari
masing-masing individu. Pembuangan sampah tidak pada
tempatnya merupakan penyebab awal terjadinya penyempitan saluran drainase tidak
dapat berfungsinya saluran drainase secara optimal, yang berakibat meluapnya
air dan berubah menjadi genangan-genangan bahkan banjir.
III.
Solusi Mengatasi Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda
beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama dan bahkan telah
dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur
resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun
pompa pengendali banjir.
IV. Penerapan Konstruksi Sumur Resapan Air
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam
mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan,
karena dengan pertimbangan : a) pembuatan konstruksi
SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan c)
bentuk konstruksi SRA sederhana.
Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali
dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan
diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah (Dephut,1994).
Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1)
mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi
muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan
terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai,
(4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah
yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah
Sumur resapan air
ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan
air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah
setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka
panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu pembuatan
sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..