Christopher
J. Collins
Kevin
D. Clark
Villanova
University
Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisa hubungan antara serangkaian
praktik SDM dalam membangun jaringan/hubungan social aspek jaringan social
eksternal dan internal top manajemen dan kinerja perusahaan.
Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sistem dan praktik MSDM
dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan kemudian dapat menjadi sumber
competitive advantage yang berkelanjutan karena SDM memiliki sifat yang unik,
casually ambiguous, dan susah ditiru. Praktik-praktik SDM benar-benar menjadi
sumber competitive advantage ketika dapat mendukung dan menciptakan kompetensi
yang dapat menghasilkan nilai bagi perusahaan. Kemampuan menciptakan dan
mengelola informasi yang dilakukan oleh top manajemen (baik ke dalam/keluar)
merupakan sumber competitive advantage untuk perusahaan yang high-tech.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh mediasi TMT network terhadap
sales growth (sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan) lebih kecil
dibandingkan dengan pengaruh pemberian insentif yang didasarkan pada kinerja
organisasi. Praktik HR yang memberikan competitive
advantage dapat diciptakan melalui proses pengembangan dan reinforcing employee
based resources.
Dalam penelitian
bayak batasan – batasan seperti adanya hipotesis yang diuji pada sample yang
reelatif kecil, metodelogi yang digunakan belum bisa diterapkan pada low
technologi. Selain itu
penelitian ini hanya dilakukan pada kalangan para CEO.
Business Strategy, Human
Resources, Labour Market Flexibility and Competitive Advantage
Artikel ini
memberikan kontribusi terhadap literatur strategi HRM dengan mengetes 3 pendekatan utama Universalistic
(best practice), Contingency dan Configurational. Menentang
sebuah data base yang asli. Secara khusus, artikel ini menguji :
1.
Hubungan antara Human Resource
dan kinerja perusahaan
2.
Mata rantai antara strategy,
Human Resource dan penggunaan pekerja kontrak yang fleksibel
3.
Pengaruh
moderasi mata rantai strategi antara Human resource, pekerja yang flexible dan
kinerja perusahaan
Ada 3 perspektif teori yang mendominasi literatur Strategi Human resource
Management.
1.
Perspektif
Universalistic
Perspektif ini menyarankan adanya pendekatan best praktis terhadap Strategi
HRM. Dengan menset kebijakan HR untuk mengidentifikasi yang akan meningkatkan
kinerja. Kebijakan best praktis ini mungkin bentuknya seperti variasi pada
beton dan teknik HR yang detail atau
prakteknya. Sebagai contoh ada banyak teknik yang akan mendorong untuk berbagi
informasi dengan sebuah organisasi.
2.
Pendekatan
Contingency
Pendekatan ini menyatakan bahwa untuk menjadi efektif, maka kebijakan HR
mesti konsisten dengan aspek lain pada perusahaan. Kharakteristik terhadap
pengejaran strategi adalah secara umum mempertimbangkan untuk menjadi faktor
yang tidak menentu. Kebijakan HR dan prakteknya mesti konsisten dengan strategi
yang diimplementasikan. Kinerja bisnis akan menjadi meningkat ketika ada konsisten
(didalam literatur sering dikenal sebagai ”Fit” ) antara strategi bisnis dan
kebijakan HR.
3.
Pendekatan
Configurational.
Pendekatan ini berbeda dari ”best practis” dan teori kontingenci yang
sedang dipandu oleh pendekatan holistic untuk pemeriksaan dan mengadopsi sistem
asumsi pada batasan akhir. Secara umum teori configurational adalah lebih
serius dengan bagaimana pola teladan pada beragamnya variabel indenpenden
adalah berhubungan terhadap variabel dependen melainkan dari bagaimana
individual variable indenpenden adalah berhubungan terhadap varaibel dependen.
Dalam penelitiannya, ada standar yang digunakan dalam menetapkan variabel
kontrol. Adapun standar variabel kontrol yang digunakan :
1.
Menetapkan
ukuran
2.
Menetapkan
umur
3.
Menetapkan
United Kingdom
atau dimiliki asing
4.
Dua
sektor dummie : perusahaan manufactur dan perusahaan jasa
5.
Mengenalkan
serikat buruh
CRITICAL QUESTION
1.
Apakah Outside in dan Outside
out bersifat tetap dan sejauh mana kontribusinya didalam meningkatkan
competitive advantage?
2.
Peran apa
yang sebenarnya diberikan oleh Resource Based View dalam meningkatkan
perfomance pada Strategi Human Resource Management? Dan
bagaimana penerapan Resource Based View di Indonesia terutama pada perusahaan
milik pemerintah?
3.
Setiap perusahaan yang bersaing
dalam sebuah industri mempunyai strategi bersaing, eksplisit maupun implisit.
Proses merumuskan strategi secara eksplisit untuk memastikan bahwa setidak –
tidaknya kebijakan – kebijakan dari departemen fungsional akan terkoordinasi
dan terarah pada seperangkat tujuan bersama (Porter, 1998). Bagaimanakah para
CEO atau Top management bisa mengkomunikasikan ke karyawan terhadap maksud
strategi perusahaan baik secara
eksplisit maupun implisit dalam mencapai tujuan dan kepentingan
organisasi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..