By : Dina Arafah
Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat.
Di pundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Orangtua
memang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Di
hadapan Tuhan kelak para orangtua juga akan dimintai pertanggungjawaban tentang
bagaimana cara mereka mendidik anak-anaknya. Namun, karena kemampuan,
pengetahuan, dan waktu yang dimiliki oleh orangtua terbatas, sebagian besar
orangtua memercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-gurunya di sekolah.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru di sekolah semakin berat
karena tidak sedikit dari orangtua yang seakan memercayakan sepenuhnya pendidikan
anak-anaknya di sekolah. Mereka beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab
orangtua adalah bekerja dan bekerja, sehingga mempunyai uang yang banyak untuk
memenuhi kebutuhan anak-anaknya, termasuk biaya sekolah. Bahkan, tidak sedikit
orangtua yang berusaha dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat sekolah di
tempat yang favorit, meskipun biayanya mahal.
Orangtua yang demikian biasanya telah merasa bahwa tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pendidikan anak-anaknya telah selesai. Mereka
percaya sepenuhnya bahwa pihak sekolah telah mendidiknya dengan baik, sehingga
merasa tak perlu lagi mengontrol pendidikan anaknya ketika di rumah. Sungguh,
anggapan yang seperti itu tidaklah benar. Orangtua tetap bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak-anaknya secara keseluruhan. Sedangkan guru bertanggung
jawab karena mendapatkan amanat dari orangtua untuk mendidik anak-anak mereka,
di samping merupakan tanggung jawab kemanusiaan.
Di sinilah sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru menjadi
tidak main-main. Amanat dari para orangtua untuk mendidik anak-anaknya mesti
ditunaikan dengan baik. Tidak sekadar mengajar, akan tetapi juga mendidiknya.
Dengan demikian, seorang guru bisa dikatakan sebagai orangtua kedua bagi anak
didiknya. Sebagai orangtua kedua, sudah tentu dibutuhkan kedekatan dengan anak
didiknya agar berhasil dalam menjalankan tugas penting dan mulia ini. Kedekatan
dengan anak didik adalah kunci penting bagi seorang guru bila ingin sukses
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Tanpa kedekatan, tugas dan
tanggung jawab itu akan sulit dapat terlaksana dengan baik, karena anak didik
bukanlah robot yang siap menerima program apa pun dari orang yang membuat atau
mengoperasikannya. Anak didik adalah pribadi yang mempunyai jiwa. Sudah tentu menghadapi
pribadi yang mempunyai jiwa dibutuhkan kedekatan di antara dua jiwa agar
komunikasi dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah
mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan
ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia
yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Di antara
kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
A. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence
Quotient (IQ) adalah
kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat
berpikir. Kecerdasan intelektual ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika
seseorang. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan
oleh Alfred Binet,
seorang tokoh psikologi dari Prancis.
Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang tampaknya menjadi
primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir seluruh sekolah
formal di dunia, termasuk di Indonesia. Seorang anak didik mendapatkan nilai
baik atau tidak, naik kelas atau lulus sekolah, sangat ditentukan oleh nilai
dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah seorang guru diharapkan mampu mengembangkan
kecerdasan intelektual dengan baik, di samping juga mengembangkan kecerdasan
yang lainnya.
B. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional biasa disebut Emotional
Quotient (EQ).
Kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran
diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial.
Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun porsinya
jauh di bawah kecerdasan intelektual. Padahal, menurut beberapa penelitian di
bidang kecerdasan dan psikologi, termasuk menurut Daniel Goleman, bahwa
kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20%, dan sisanya yang
80%, ditentukan oleh sederetan faktor yang disebutnya sebagai kecerdasan
emosional. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang bisa mengembangkan
kecerdasan emosional murid-muridnya.
C. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual atau yang biasa juga disebut sebagai Spiritual
Quotient (SQ)
adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri,
sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada
di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan ini
pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar.
Dalam beberapa penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi,
kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting. Hal ini
karena terkait erat dengan kebahagiaan hidup seseorang. Orang yang mempunyai
kecerdasan spiritual yang baik akan mampu memaknai secara positif pada setiap
peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan demikian
seseorang akan lebih mudah meraih kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya sangat
penting bagi seorang guru untuk bisa mengembangkan kecerdasan spiritual anak
didiknya.
Ketiga macam jenis kecerdasan yang ada pada diri anak tersebut
sangat perlu untuk diperhatikan oleh seorang guru, sehingga kecerdasan
anak-anak secara keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Secara garis
besar, inilah tugas dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya.
Sebuah tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan
mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.
Guru bertanggung jawab
kepada Kepala Sekolah dengan tugas utama melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi :
- Membuat perangkat pembelajaran, meliputi
Silabus, Program Tahunan dan Program Semester, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, LKS
- Melaksanakan kegiatan
pembelajaran
- Melaksanakan kegiatan penilaian
proses belajar; ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester,
ulangan kenaikan kelas, ujian akhir sekolah.
- Melaksanakan analisis hasil
ulangan harian
- Menyusun dan melaksanakan
program remedi dan pengayaan
- Mengisi daftar nilai siswa
- Melaksanakan kegiatan
membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses
kegiatan belajar mengajar
- Membuat alat peraga/media
pembelajaran
- Menumbuhkembangkan sikap
menghargai karya seni
- Mengikuti kegiatan pengembangan
dan pemasyarakatan kurikulum
- Melaksanakan tugas tertentu di
sekolah
- Mengadakan pengembangan program
pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
- Membuat catatan tentang
kemajuan hasil belajar siswa
- Mengisi dan meneliti daftar
hadir siswa sebelum memulai pembelajaran
- Mengatur kebersihan ruang kelas
dan ruang praktikum
- Mengumpulkan dan menghitung
angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
Jabatan guru adalah jabatan profesional, sebab tidak semua orang dapat menjadi gurukecuali mereka yang dipersiapkan melalui pendidikan untuk itu.
Secara Sedarhan pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh merekan yang karena tidak dapat atau tidak
memperoleh pekerjaan lainnya. makin tinggi tingkat pendidikan yang harus
dipenuhi makin tinggi pula derajat profesi yang disandangnya. Dengan kata lain tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme
sangat bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
Profesi guru berbeda dengan profesi lainnya. Perbedaannya terletak dalam tugas dantanggung
jawab. Adapun tugas dan tanggung jawab guru menurut
Peters :
1.
Guru sebagai
pengajar, menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan
pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan
keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkan.
2.
Guru sebagai pembimbing,
memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan
penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian
dan pembentukan nilai-nilai para siswa
3.
Guru sebagai administrator kelas, merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidangpengajaran dan ketatalaksaan pada umumnya.Namun
demikian, ketatalaksaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan
bagi profesi guru.
Dalam situasi sekarang
tugas dan tanggung jawab guru dalam pengembangan profesi dan membina hubungan
dengan masyarakat nampaknya belum banyak dilakukan oleh para guru. Yang paling
menonjol hanyalah tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai
administrator kelas. Demikian pula tugas dan tanggung jawab sebagai pembimbing masih
belum membudayakan di kalangan para guru. Mereka beranggapan tugas membimbing
adalah tugas guru pembimbing atau wali kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..