Rabu, 08 Mei 2013

Keterampilan dalam Pengambilan Keputusan



Semua dari kita harus membuat keputusan setiap hari. Beberapa keputusan relatif mudah dan sederhana: Apakah laporan ini siap kirim ke bos saya sekarang? Yang lain cukup kompleks: Yang ini kandidat harus saya pilih untuk pekerjaan?
Keputusan sederhana biasanya membutuhkan proses pengambilan keputusan sederhana. Tapi keputusan yang sulit biasanya melibatkan isu-isu seperti ini:
  • Ketidakpastian - Banyak fakta mungkin tidak diketahui.
  • Kompleksitas - Anda harus mempertimbangkan faktor-faktor yang saling berhubungan.
  • Berisiko tinggi konsekuensi - Dampak keputusan tersebut dapat menjadi signifikan.
  • Alternatif - Masing-masing memiliki set sendiri ketidakpastian dan konsekuensi.
  • Interpersonal masalah - Ini bisa sulit untuk memprediksi bagaimana orang lain akan bereaksi.
Dengan kesulitan-kesulitan dalam pikiran, cara terbaik untuk membuat keputusan yang kompleks adalah dengan menggunakan proses yang efektif. Proses yang jelas biasanya menyebabkan konsisten, hasil berkualitas tinggi, dan mereka dapat meningkatkan kualitas hampir semua yang kita lakukan. Pada artikel ini, kita menguraikan sebuah proses yang akan membantu meningkatkan kualitas keputusan Anda.
Pendekatan sistematis untuk Pengambilan Keputusan
Sebuah proses pengambilan keputusan yang logis dan sistematis akan membantu Anda mengatasi elemen-elemen penting yang menghasilkan keputusan yang baik. Dengan mengambil pendekatan yang terorganisir, Anda cenderung kehilangan faktor penting, dan Anda dapat membangun pendekatan untuk membuat keputusan Anda lebih baik dan lebih baik.
Ada enam langkah untuk membuat keputusan yang efektif:
  1. Ciptakan lingkungan yang konstruktif.
  2. Menghasilkan alternatif yang baik.  
  3. Jelajahi alternatif ini.
  4. Pilih alternatif terbaik.
  5. Periksa keputusan Anda.
  6. Komunikasikan keputusan Anda, dan mengambil tindakan.



PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan merupakan keterampilan sebagai seni dari pada seseorang yang memiliki kemampuan yang mampu mengimplementasikan satu pola pikir yang bersifat proaktif artinya dalam abad 21 yang ditandai oleh sistuasi yang penuh ketidak pastian, menuntut di dalam dunia bisnis satu keterampilan baru dari keterampilan menyelesaikan masalah menjadi keterampilan menghindari masalah.
Oleh karena itu, keterampilan mengambil keputusan sangat menentukan dibandingkan seperangkat keterampilan lainnya, itu berarti sukses bagi seorang pelaku bisnis di masa depan haruslah ada keinginan secara terus menerus untuk meningkatkan keterampilan dari sikap yang bersifat reaktif menjadi proaktif.
Pertama yang harus dihindari bahwa pngambilan keputusan, bukanlah sesuatu yang mudah begitu saja dapat dilakukan, walaupun kenyataan itu nampak dalam pelaku bisnis saat ini, membuat sesuatu menjadi mudah. Salah satu pemikiran yang harus diketahui bukan hanya teknik-teknik dalam proses pengambilan keputusan, melainkan juga memahami faktor lingkungan bisnis itu sendiri.
Dengan pemahaman itu, diharapkan proses-proses pengambilan keputusan tidak hanya mengetahui tentang fakta, data, informasi sebagai situasi-situasi yang akan diidentifikasikan sebagai masalah tetapi juga harus mampu merumuskan kedalam masalah-masalah yang disebut dengan masalah-masalah faktor kritis / strategis, pokok dan insidentil.
Jadi dalam proses pengambilan keputusan itu jangan satu keputusan dapat menimbulkan masalah baru, sehingga pemecahan insidentil harus dipecahkan terlebih dahulu atas masalah pokok, begitu pula msalah pokok baru dapat terpecahkan bila masalah kritis dapat dipecahkan lebih dulu.
Dengan demikian untuk melahirkan keputusan-keputusan yang dibuat menjadi produktif artinya keputusan yang dibuat adalah benar dan tepat waktu diperlukan untuk mengasah kemampuan berpikir secara metodis sehingga tidak diharapkan adanya keputusan-keputusan yang diambil yang tidak cocok dengan keadaan menjadi berbahaya dan ada kemungkinan mengandung resiko yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
PERTIMBANGAN DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN
Dalam suatu organisasi formal dapat saja terjadi bahwa ada keputusan yang diambil tidak memuaskan bagi semua orang, tetpi ada juga yang merasa itu baik, sehingga akan menimbulkan pertanyaan bagi pemimpin setiap yang mengambil keputusan merasakan apakah ia dalam kedudujan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan atau sebaliknya.
Sudah tentu hal itu tidak mudah terjawab tanpa bukti-bukti meyakinkan bagi semua pihak, sehingga berdampak ada kemungkinan-kemungkinan bahwa keputusan yang efektif menjadi terhalang adanya.
Dibawah ini diungkapkan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan, yang bisa saja mempengaruhi setiap keputusan yang diambil menjadi tidak sempurna karena :
1. Ketidak jelasan dari keputusan strategik (visi, misi, nilai, tujuam, sasaran dan strategi) yang telah diambil dimana tidak dapat menuntun arah persfektif yang diharapkan.
2. Sikap dan perilaku dari kelompok semua tingkat pemimpin yang tidak mau mengalami perubahan dalam pola pikir sehingga tidak mampu dalam menterjemahkan kedalam pemikiran-pemikiran jangka panjang yang mengarah kepada pada posisi ke masa depan dan pemikiran-pemikiran jangka pendek yang tidak mampu merumuskan menjadi arah performa.
3. Tidak adanya satu lingkungan yang kondusif yang mampu memberikan kekuatan motovasi bagi pengambil keputusan sehingga kekuatan sikap dan perilaku yang tidak positip mendorong orang mencari kesalahan orang lain.

4. Tidak ada kebiasaan yang efektif dalam membangun dan mewujudkan
prinsip-prinsip pokok kepemimpinan kedalam kolaborasi, komitmen dan komunikasi sehingga hubungan horizontal, vertical dan diagonal tidak berjalan scara harmonis.

5. Terbektuknya satu keadaan dimana pemimpin menumbuh kembangkan ketaladanan bahwa bawahan kiblat kepada atasan, sehingga menutup adanya wawasan dan imajinasi eseorang.
6. Pertimbangan yang berkaitan dengan jangka waktu untuk penyelesaian suatu masalah yang tidak boleh dipaksakan tanpa adanya satu pemikiran-pemikiran yang mendalam dalam proses pengambilan keputusan.
MEMANFAATKAN OTAK DALAM BERPIKIR
Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan kita akan berpikir, sudah tentu bila kita menghadapi suatu masalah, maka kita akan berpikir dalam katagori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, alat berpikir agar mampu menghadapi persoalan dn memecahkannya.
Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya kita harus memahami alat berpikir yang disebut dengan KESADARAN, KECERDASAN, dan AKAL. Ktiga alat berpikir itu bergerak ssuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.
Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar. Inilah yang disebut berpikir secara metodis, merupakan kerja dari dua unsur organ di dalam diri kita yaitu unsur otak (atas) dan unsur hati (bawah). Jadi bila kita hanya menggerakkan otak bawah sadar (hati) juga namanya kita berpikir dalam arti non metodis sehingga hasil kerja hati dengan penghayatan itu disebut intuisi.
KESADARAN sebagai alat pikir artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang ssuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.
Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN sebagai alat pikir kedua artinya karena kesadaran menya-darkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi mlalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.
Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL sebagai alat pikir ketiga artinya menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan Akal akan mempersoalankan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaian-nya, disitulah letak peker-jaan akal. Dengan demikian, akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti, memahami sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelegensi. Akal berpusat di otah bawah sadar yang disebut hati.
Jadi dengan ketiga jiwa (alat Pikir) tersebut kita tidak dapat mengatakan yang satu dengan meninggalkan dua lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak saling mengisi dan membantu.
Selain pemahaman atas alat pikir tersebut, kita juga harus memahami pula metoda berpikir yaitu BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalam-an-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita ; BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah) ; BERPIKIR ILIMIAH yaitu berpikir secara sistimatis, metodis, dan objektif dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan ; BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, intergral dan universal ; BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al-Haq.
PENDEKATAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan, tidak ada satu teknik apapun yang dapat menjamin bahwa keputusan yang diambil telah benar dan tepat. Oleh karena itu perlu pula kita memperhatikan mengembangkan kemampuan kita berpikir dengan melihat dari beberapa pendekatan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan seperti dibawah ini :
1. Mencari jawaban atas suatu masalah, haruslah dapat dilihat dari beberapa sudut, sehingga kita mendapat pandangan-pandangan yang berbeda sesuai dengan sudut pandangnya.
2. Mencari jawaban berdasarkan penelitian yang mendalam, sehingga didapat beberapa kemungkinan-kemungkinan sehingga mendapat pilihan-pilihan penyelesaiannya.
3. Menyusun kembali masalah dengan memecah menjadi beberapa bagian masalah sesuai dengan waktu dan ruang yang tersedia, sehingga memungkinkan keterlibatan banyak orang untuk memikirkan penyele-saian atas masalah.
4. Melepaskan diri dari keterliban sebagai peran individu, menjadi satu gabungan secara bebas sebelum menilai pilihan-pilihan. Dengan cara begitu yang bersangkutan akan berusaha untuk tidak membatasi adanya ide-ide yang bergembang.
5. Belajar dari pengalaman orang lain, sehingga ia berani pada diri sendiri untuk menanyakan apa yang akan dilakukan seorang sebagai pengusaha dalam satu keadaan yang menjadi masalah.
6. Menarik diri dari masalah yang terlalu menekan sehingga diperlukan keberanian memanfaatkan otak dalam menggerakkan kemampuan berpikir untuk menyelesaikan atas masalah-masalah lebih baik dalam keadaan yang penuh ketenangan, sehingga mampu memberikan daya dorong untuk keluar dari hal-hal yang memusingkan.
7. Melangkah dengan mencari nasehat dari berbagai sumber baik orang yang bersangkutan memiliki pengalaman maupun orang yang kurang pengalaman karena dari orang tanpa pengalaman adakalanya ia mampu memberikan kesegeran dalam berpikir.
8. Berani bersikap dan berperilaku atas informasi yang diperoleh kurang ada hubungan yang saling terkait dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, keberanian tersebut sangat diperlukan agar kita tidak terlalu dibingungkan bermacam informasi yang tidak berguna.
9. Memiliki kemampuan untuk memilah data dan informasi yang dapat dipercaya dengan yang bersifat ada rekayasa didalamnya. Kalau hal itu tidak disadari ada kecenderungan untuk membuat keputusan-keputusan yang cepat dan dapat menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu harus dilihat dari beberapa sudut pandang.
10. Adany kekuatan motivasi yang mendorong pengambil keputusan untuk bersikap dan berperilaku positip artinya memberikan daya dorong agar pengambil keputusan menjadi bersemangat dalam mengadakan pendekatan terhadap suatu masalah.
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dengan kemampuan memanfaatkan otak, sehingga mampu melaksanakan kemampuan berpikir secara metodis, maka dibawah ini diungkapkan tata-cara dalam proses pengambilan keputusan seperti dibawah ini :
PERTAMA, mengungkapkan posisi barang / jasa mengenai keadaan, sikon dan kecenderungan terjadinya masalah yang akan dihadapi.
KEDUA, menemukan fakta yang terungkap dari data, fakta, informasi yang berasal dari dalam (faktor internal) dan dari luar organisasi (faktoe eksternal), yang kita nyatakan sebagai “As is “ Situation ; Should be “ Situation.
KETIGA, menemukan masalah berdasarkan identifikasi dari langkah satu dan dua yang dikelompokkan kedalam tiga kategori dalam bentuk suatu pernyataan yaitu :
Masalah strategis / faktor kritis artinya hasil rumusan dari pemikiran secara strategis yang mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan visi, misi, tujuan, nilai-nilai dan strategi oleh sekelompok pimpinan puncak dari pemikiran yang bersifat intuisi dan oleh karena itu menyangkut suatu arahan untuk jangka waktu lebih dari 5 tahun menjadi arahan pada persfektif. Persoalan ini harus dipecahkan terlebih dahulu, sebelum masalah lain timbul.
Masalah pokok artinya hasil rumusan dari pemikiran jangka menengah yang berkaitan dengan area strategis kunci, analisis isu kritis, sasaran dan rencana tindakan strategis, kebijaksanaan dan rencana kerja serta anggaran untuk jangka waktu 5 tahun. Rencana pemikiran jangka menengah ini mengarahkan pada posisi. Jadi pemikiran disini menyangkut penjabaran dari pemikiran intuisi diatas, yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum masalah insidentil timbul.
Masalah insidentil artinya rumusan dari pemikiran jangka pendek untuk jangka waktu 1 tahun, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan area hasil kunci, analisis isu kritis, indikator kinerja kunci, sasaran, rencana tindakan, peninjauan rencana. Jadi pemikiran ini akan mengarahkan pada performa, sehingga menjadi usaha-usaha memaksimumkan peluang yang terbuka, memperbaiki hasil kerja, menghindari atau meminimalkan kerugian dan memberikan masukan berkelanjutan untuk perbaikan.

KEEMPAT, menemukan ide atau gagasan untuk tiap masalah yang ada dalam langkah ketiga dengan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan :
Sebab-sebab atas timbulnya masalah ; Mengungkapkan kemungkinan untuk membuat penyelesaian ; Merumuskan penyelesaian yang terbaik ; Merumuskan langkah-langkah tindakan.


KELIMA, menemukan solusi, bagaimana rencana kerja disusun untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan merumuskan kedalam :
Keinginan yang hendak dicapai (visi).
Tantangan sebagai “As is “ dalam suatu pernyataan.
Hasil yang diinginkan menjadi target, tujuan sebagai “Should be “ dalam bentuk suatu pernyataan yang jelas.
Langkah-langkah yang menjelaskan “Who” is doing “what”.
Metoda / cara yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan atas bagaimana, mengapa, biaya dan sumber daya secara jelas.
Jadwal pelaksanaan secara terperinci.
Rencana implentasi yang mengungkapkan mengenai langkah-langkah atas tindakan yang dikelompokkan dalam pemikiran yang mutlak dan atau sebaiknya.

KEENAM, mengkomunikasikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan rencana kerja implemtasi sebelum dilaksanakan.
KESIMPULAN
Kepemimpinan yang mampu memanfaatkan otak dalam proses pengambilan keputusan berarti ia memiliki kemampuan untuk menggerakkan alat pikir yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal kedalam proses berpikir.
Dengan alat pikir tersebut itu pula ia mampu memilih dan menyatukan dalam berpikir atas pendekatan-pendekatan yang dipahaminya dalam proses pengambilan keputusan karena tidak ada satupun menjadi methoda yang baku.
Dengan kemampuan itu, ia mampu mengidentifikasi situasi atau keadaan yang diungkapkan dengan kesadaran untuk memahami apa yang timbul dari lingkungannya, dengan kecerdasan ia mampu mengungkapkan hal-hal yang menjadi penyebabnya dan merumuskan kedalam tiga kelompok masalah yang disebut masalah kritis, masalah pokok dan masalah insidentil dimana antara satu masalah memiliki keterkaitannya. Akhirnya dengan akal ia dapat merumuskan jawaban-jawaban untuk pemecahannya dan sebelum tindakan akan dilaksanakan, harus secara baik dapat dikomunikasikan.

1 komentar:

  1. artikelnya bermanfaat, bisa membantu mengerjakan tugas, terima kasih atas infonya... 😊

    BalasHapus

komentt yoo..