Teori adalah sejumlah proposisi yang
terintegrasi, maksudnya kumpulan proposisi yang mengikuti aturan-aturan
tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan
lainnya dan juga pada data yang diamati secara sintaktik yang digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati. Namun, tidak
semua teori tersusun secara sempurna, pasti memiliki persoalan dan perbedaan
yang membedakannya dengan teori lainnya, dan juga memiliki perubahan dari masa
ke masa.
Pada umumnya teori-teori pembelajaran memiliki dua arti penting yaitu menyediakan
kosa kata dan kerangka konseptual yang kita gunakan untuk menginterpretasi
contoh-contoh pembelajaran yang diamati, kemudian menuntun kemana kita harus
mencari solusi atas persoalan-persoalan praktis. Ada beberapa macam teori pembelajaran yaitu teori
behavioristik, kognitif, konstruktivisme, dan humanistik.
Teori behavioristik merupakan teori
yang menekankan pada stimulus dan respons yang mana belajar adalah hasil dari
latihan-latihan yang akhirnya menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam
teori ini tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu
dalam belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil
belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil
belajar diperoleh dan proses penguatan atas respons yang muncul terhadap
stimulus yang bervariasi.
Pada teori kognitif, belajar pada
asasnya adalah peristiwa mental yang bersifat molar,
yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku
manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan. Pembelajaran
ialah suatu proses pendalaman yang berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat
diperhatikan secara langsung dengan tingkah laku. Pada intinya teori humanistik itu
memanusiakan manusia,
karena yang dilihat itu perilaku manusia, bukan
spesies lain. Menurut teori ini, manusia memiliki struktur kognitif,
dan semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun segala pernyataan di dalam
ingatan. Pembelajaran
juga harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan intelektual anak mulai dari
tahap sensorimotor(umur 0-2 tahun),tahap preoperasional(umur 2-7 tahun),tahap
operasional konkret(umur 7-11 tahun), tahap operasional formal(umur 11-18
tahun).
Konstruktivisme menyatakan bahwa
pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika
ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka
kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Beberapa
prinsip penerapan teori belajar ini adalah:
a. Belajar itu
berdasarkan keseluruhan
b. Anak yang
belajar merupakan keseluruhan
c. Belajar berkat insight
d. Belajar
berdasarkan pengalaman
Sedangkan konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Belajar lebih menekankan proses daripada belajar, yang
mengharuskan siswa bersikap aktif. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga
dinilai penting sebab proses, hasil, cara dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan pola pikir dan skema berpikir seseorang. Perkembangan
teori ini tidak lepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky.
Dalam aliran humanisme memandang bahwa belajar bukan sekadar
pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam
diri individu yang melibatkan seluruh bagian yang meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam
aliran ini, siswa harus mempunyai kemampuan mengarahkan sendiri
perilakunya dalam belajar, apa yang akan dipelajari, sampai
tingkatan mana, kapan, dan bagaimana mereka belajar, sekaligus
memotivasi diri sendiri,
bukan hanya sekadar menjadi penerima pasif dalam belajar. Pendekatan
humanistik menekankan
pentingnya emosi, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
setiap siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..