Ketika seseorang telah mengetahui kebenaran dan
mengamalkannya, maka tahapan selanjutnya adalah mendakwahkan kebenaran yang ia
pegang dan bersabar dalam mendakwahkannya. Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam dan generasi salaf terdahulu adalah sebaik-baik tauladan dalam hal
ini. Sehingga merekalah golongan pertama yang berhak mendapatkan keberuntungan
dan selamat dari termasuk golongan yang merugi. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), "Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh,
dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya
menetapi kebenaran." (Al Ashr:1-3)
Sudah menjadi ciri dan karakter seorang
ahlussunnah berdakwah ke jalan Allah Ta’ala di atas bashirah. Allah
Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia (yang artinya), "Katakanlah,
"Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik"." (Yusuf:108)
As Syaikh Rabi’ Hafidzahullah berkata,
"Sepertinya sebaik-baik yang pernah dikatakan tentang kedudukan dakwah ke
jalan Allah Ta’ala adalah apa yang dikatakan oleh Al Imam Ibnul Qayyim
Rahimahullan," Maka berdakwah ke jalan Allah Ta’ala adalah peran para
Rasul dan pengikut mereka…. Dan menyampaikan sunnah-sunnahnya kepada ummat
lebih utama dari melemparkan anak-anak panah ke leher-leher musuh. Karena
melemparkan anak-anak panah bisa dilakukan oleh semua orang, sedangkan
menyampaikan sunnah-sunnah tidak bisa diemban kecuali oleh pewaris para Nabi
dan pengganti mereka pada ummatnya"." An Nashihah karya Asy Syaikh
Rabi’ Al Madkhali Hafidzahullah (hal 9 cetakan Daarul Minhaj)
Dan diantara keutamaan berdakwah ke jalan Allah
Ta’ala adalah, ia merupakan benteng yag kokoh bagi ummat dan masyarakat dari
musibah dan bencana. Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia (yang
artinya), "Maka mengapa tidak ada dari ummat-ummat yang sebelum kamu
orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan)
kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang
telah kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya
mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah
orang-orang yang berdosa. Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan
negeri-negeri zalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang melakukan
perbaikan" (Huud: 116-117)
As Syaikh Saliim Al Hilali Hafidzahullah berkata,
"Ayat ini merupakan isyarat yang menyingkap salah satu dari sunnah-sunnah
Allah Ta’ala pada umat-umat terdahulu. Maka umat yang rusak dengan penghambaan
kepada selain Allah Ta’ala pada salah satu dari bentuk-bentuknya, kemudian ada
yang bangkit mengingkarinya merekalah ummat yang selamat, mereka tidak dihukum
dengan adzab dan kebinasaan. Sedangkan ummat yang merebak di sana kedzaliman
dan kerusakan dan tidak ada yang mengingkarinya atau ada yang mengingkarinya
tapi tidak membekas pada kondisi yang rusak maka sesungguhnya sunnatullah
berlaku pada mereka dan membinasakan mereka dengan sejadi-jadinya…. Dari
sini tampaklah nilainya dakwah ke jalan Allah Ta’ala dan nilai upaya
membersihkan bumi Allah Ta’ala dari kerusakan yang menyelimutinya karena ia
merupakan benteng yang kokoh bagi ummat dan masyarakat". Lihat
Bahjatun Nadzirin (1/34 cetakan Daar Ibnul Jauzi).
Lalu apa yang dimaksud dengan berdakwah ke jalan
Allah Ta’ala? Berkata Asy Syaikh Rabi’ Al Madkhali Hafidzahullah di dalam
kitabnya An Nashihah (hal 8-9), "Pengertian paling afdhal tentang dakwah
ke jalan Allah Ta’ala menurutku adalah apa yang pernah diterangkan oleh Ibnu
Taimiyah Rahimahullah, ia berkata, "Berdakwah ke jalan Allah
Ta’ala adalah berdakwah kepada keimanan kepada-Nya dan kepada dan setiap apa
yang dibawa oleh Rasul-Rasul-Nya dengan membenarkan setiap berita yang mereka
bawa dan menaati setiap perintahnya". Dan terkandung pada yang
demikian itu dakwah kepada 2 kalimat syahadat, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke baitullah. Juga terkandung padanya
dakwah kepada keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan keimanan kepada hari kebangkitan setelah
kematian serta beriman kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk, dan
berdakwah agar setiap orang beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat-Nya.
Sesungguhnya ketiga derajat ini yaitu Islam,
Iman, Ihsan adalah agama Allah Ta’ala…. Maka berdakwah ke jalan Alah
Ta’ala dan intinya adalah peribadahan kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya
sebagaimana untuk itulah para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan".
Majmu Fatawa (15/160).
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan para
shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka di atas kebaikan telah
bangkit mengemban tanggung jawab yang mulia ini, menyampaikan agama Allah
Ta’ala ke segenap penjuru dunia dengan penuh pengorbanan tanpa mengenal lelah,
menyeru kepada tauhid dan memerangi kesyirikan dalam rangka merealisasikan
firman Allah Ta’ala (yang artinya), "Serulah (manusia) pada jalan
Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik."(An Nahl:125)
Dan Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam juga
mengutus utusan-utusan semuanya di atas tujuan yang sama, membersihkan bumi
Allah Ta’ala dari najis-najis kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), "Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi
dan sehingga agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari
memusuhi kamu) maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang
yang zalim."(Al Baqarah:193)
Al Imam Ibnu Jarir At Thabari di dalam tafsirnya
berkata, "Sehingga tidak ada kesyirikan kepada Allah Ta’ala dan sehingga
tidak ada satu pun diibadahi selain Dia dan lenyaplah peribadahan kepada
berhala dan sesembahan-sesembahan dan tandingan-tandingan. Sehingga ibadah dan
ketaatan hanyalah untuk Allah semata."
Dan dalam riwayat hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘Anhu Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang
artinya), "Aku diperintahkan untuk memerangi sekalian manusia sampai
mereka mengucapkan Laa Ilaaha Ilallah, maka apabila mereka mengucapkannya maka
terlindungilah dariku darah-darah mereka dan harta harta benda mereka kecuali
dengan alasan yang dibenarkan dan perhitungan mereka di sisi Allah."(Hadits
Riwayat Muslim)
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah
mengutus Muadz Bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu ke Yaman dengan amanah, "Sesungguhnya
kamu mendatangi Ahli Kitab, jadikanlah dakwahmu (ajakanmu) yang pertama kepada
mereka syahadat Laa Ilaaha Ilallah-dan dalam riwayat yang lain agar mereka
mentauhidkan Allah."(Mutafaqun ‘Alaih)
Dan Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam jug
apernah mengutus Jarir Bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu ke Yaman, beliau berkata
(yang artinya), "Maukah kamu menenangkan hatiku menghancurkan Dzil
Khalasah".Mutafaqun ‘Alaih dari Ibnu Jarir Rahimahullah berkata, "Tidak
ada yang paing meletihkan hati Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dari
masih adanya segala yang diibadahi selain Allah Ta’ala". Lihat Al
Fath (8/72).
Dan begitu pula para shahabatnya Radhiyallahu
‘Anhum yang berjalan di atas garis ini. Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu
berkata kepada Abul Hayyaj, "Inginkankah kamu aku utus seperti Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dahulu mengutusku: Jangan tinggalkan satu pun
gambar makhluk hidup kecuali kamu hapus, dan jangan pula kuburan yang
ditinggikan kecuali kamu ratakan." Hadits riwayat Muslim dari Ali Bin Abi
Thalib Radhiyallahu ‘Anhu.
Inilah manhaj para nabi dan jalan yang
wajib diikuti dalam berdakwah ke jalan Allah Ta’ala. Abdullah Bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan dari Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam, "Suatu hari Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam membuatkan
untuk kami sebuah garis kemudian beliau berkata, "Inilah jalan
Allah" Kemudian beliau membuat untuk kami di samping kiri dan
kanannya garis-garis yang lain dan beliau berkata, "Sedangkan ini
jalan-jalan, pada setiap jalan tersebut ada syaithan yang mengajak
kepadanya". Dan belian Sholallahu ‘Alaihi Wasallam membaca, "Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa"(Al-An’am:153)".
Dan jalan yang dimaksud pada ayat tersebut adalah
apa yang dijelaskan pada ayat sebelumnya, yaitu yang terdapat pada firman-Nya
(yang artinya), "Katakanlah:Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Rabbmu yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia,…. Demikian itu yang diperintahkan oleh Rabbmu
kepadamu agar kamu ingat"(Al-An’am:151:152).
Asy-Syaikh Rabi’ Hafidzahullah berkata,
"Maka berdakwah kepada tauhid dengan semua jenisnya merupakan kaidah
seluruh risalah dan wajib menjadi kaidah para da’i yang menyeru ke jalan Allah
ta’ala dari ummat ini pada setiap zaman dan generasinya, mencontoh para Rasul
yang mulia Alaihimus Sholatu Wasallam dan meniti manhaj mereka yang bijak yang
Allah Ta’ala mebankan kepada mereka semua di dalam ayat-Nya, "Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Taghut (peribadatan kepada selainnya)
itu".(An-Nahl:36)".
…Maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap pewaris
nabi yang sebenarnya untuk berpegang dengan manhaj ini dan tidak menyelisihinya
berdasarkan alasan-alasan berikut:
1. Bahwa inilah manhaj yang diridhai Allah Ta’ala
untuk seluruh Nabi. Mereka berjalan di atasnya mendakwahi ummat mereka sejak
utusan Allah yang pertama sampai Nabi kita Muhammad Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam. Maka keluar dari garis ini sama saja mencampakkan perintah yang
disyari’atkan-Nya dan dijalankan oleh para Rasul-Nya. Dan sikap yang demikian
tanpa mereka sadari mengandung unsur mengkritik Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan
Kitab-Nya dan merupakan sikap memojokkan ilmu dan hikmahnya Allah Ta’ala.
2. Bahwa para Nabi berpegang dengannya dan semua
mereka menerapkannya, yang mana hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa
berdakwah ke jalan Allah Ta’ala bukan termasuk perkara itjihadi sama sekali.
3. Bahwa Allah Ta’ala telah mewajibkan pada
Rasul-Nya yang kita semua diwajibkan untuk mengikutinya untuk mencontoh dan
menempuh manhaj para Rasul. Allah Ta’ala berfirman setelah menyebut 13
Rasul-Nya (yang artinya), "Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka."(Al-An’am:90)
Dan Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam telah
menempuh jalan mereka dengan memulai dakwah dengan tauhid dan menekankannya
dengan tegas dengan perhatian yang kuat.
4. Tatkala dakwah mereka (para Nabi dan
Rasul) pada bentuk terbaiknya tercermin pada dakwah Khalilullah Ibrahim -bapak
para Nabi dan Qudwah mereka- Allah Ta’ala semakin menambahkan penekanannya
dengan memerintah Nabi kita Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam untuk
mengikuti manhajnya. Dia berfirman (yang artinya), "Kemudian kami
wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb."(An-Nahl:123).
Dan perintah untuk mengikutinya termasuk juga
perintah untuk mengambil ajarannya yang tidak lain adalah tauhid dan memerangi
kesyirikan, dan termasuk juga menempuh manhajnya memulai dakwah dengan tauhid.
Dan Allah Ta’ala juga menambahkan penekanan lain
dalam perkara ini, Dia memerintahkan ummat Muhammad Sholalallahu ‘Alaihi
Wasallam untuk mengikuti ajaran Nabi yang hanif ini. Dia berfirman, "Katakanlah:"Benarlah
(apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutolah agama Ibrahim yang lurus, dan
dia bukanlah orang-orang yang musyrik." (Ali Imran:95)
Maka berdasarkan ini maka ummat Islam seluruhnya
diperintahkan untuk mengikuti ajarannya. Dan sebagaimana sebagaimana tidak
boleh melanggar ajarannya negitu pula tidak boleh menyelisihi manhajnya dengan
memulai dakwah kepada tauhid dan menghancurkan kesyirikan dan sarana-sarana
serta simbol-simbolnya.
5. Allah Ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya yang
mulia, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikan ia kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih
baik akibatnya."(An Nisaa’:59).
Apabila kita merujuk kepada Al Qur’an kita
mendapati bahwa rasul-rasul Allah seluruhnya memulai dakwahnya dengan tauhid
dan yang pertama-tama mereka larang dan mereka peringatkan ummatnya darinya
adalah kesyirikan. Dan kita juga mendapati bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan
kita untuk mengikuti mereka dan menempuh jalan mereka.
Dan apabila kita merujuk kepada Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa dakwah beliau dimulai dengan dan berakhir
dengan tauhid dan memerangi kesyirikan bahkan beliau telah memerangi setiap
simbol-simbol kesyirikan, sarana-sarana dan sebab-sebabnya. An-Nashihah karya
As Syaikh Rabi’ Hafidzahullah (hal 20-22).
Maka dengan uraian singkat ini jelas bagi kita
semua bahwa tidak adal pilihan lain bagi ummat ini untuk meraih kejayaannya
kecuali dengan cara menempuh keberhasilan Rasulnya Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Wallahu a’lam bis Shawab.
Sumber: Majalah As Salam No IV/Tahun II -
2006 M/1427 H halaman 4-7
Judul Asli: "Keutamaan Berdakwah ke Jalan Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..