Terbentuknya Alam Semesta
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana
kita ketahui bahwa alam semesta ini banyaklah terdapat teka-teki yang perlu
kita kaji akan kebenarannya melalui teori-teori dan nash-nash al-Qur'an selaku
pedoman umat islam yang berisi tentang segala objek dan referensi yang utama
dalam setiap kegiatan ilmiah dimanapun.
Alam
semesta ini terbentuk dengan sendirinya melalui beberapa tahapan dan proses
yang terjadi sehingga alam ini terbentuk indah serta bisa menjadi tempat kita
melalui proses kehidupan ini beberapa ilmu pengetahuan telah memberikan
teori-teorinya dalam hal sepengetahuan kita.
Hanya
ini latar belakang untuk lebih Jelasnya semua kejadian alam semesta ini perlu
kita bahas bab pembahasan.
Sebagian
pendapat orang Babylonia , alam semesta
merupakan suatu ruangan/selungkup, dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan
langit beserta bintang sebagai atapnya. Jadi, alam semesta atau jagad raya
adalah suatu ruangan yang maha besar yang didalamnya terdapat kehidupan yang
biotik dan abiotik, serta didalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang
dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak. Pengertian alam semesta mencakup
tentang makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos adalah benda-benda yang
mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet dan galaksi.
Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya
atom, elektron, sel, amuba dan sebagainya.
Rumusan Masalah
·
Bagaimana
terbentuknya alam semesta?
·
Teori
apa saja yang membahas tentang terbentuknya alam semesta dan manfaatnya.
Tujuan Masalah
·
Agar
mengetahui bagaimana terbentuknya alam semesta.
·
Agar
kita tahu teori apa saja yang membahas tentang terbentuknya alam semesta dan
manfaatnya Untuk Diri Sendiri, Agar wawasan yang saya miliki lebih luas.
Manfaat
Adapun manfaat dalam
penulisan makalah ini ialah :
·
Akan
menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas cakrawala pemikiran dan
wawasan pengetahuan, khususnya dalam pembentukan alam semesta.
·
Sebagai
tambahan pembendaharaan karya tulis ilmiah atau sebagai input yang sangat
penting tentang temuan ilmiah dan koleksi perpustakaan yang dapat dijadikan
referensi pengajaran dan perbandingan.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori
Terbentuknya Alam Semesta
Teori
Ledakan
Big Banor
Theoras: berpikir tolak dari asumsi adanya suatu massa yang sangat besar, meledak dengan hebat
karena adanya reaksi inti. Massa
itu kemudian bergerak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Menurut
teori ini terdapat beberapa masa yang penting selama terjadinya alam semesta,
yaitu:
Masa
Quark yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik, pada
masa ini partikel-partikel saling bertumpang tindih mdan tidak berstruktur
serta diikuti dengan kecepatan 109 ton tiap senticuiter kubek
Masa
batas dinding planet yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43
detik berdasarkan hasil perhitungan planet
Masa
Jiffy yatiu cuaca pada saat alam semeseta berumur 10-23 detik dengan
jari-jari alam semesta 10-23 cm dengan kecepatan 1055
dari kecepatan air
Masa
pembentukan Lipton yaitu cuaca pada saat alam semesta berumur setelah 10-4
detik.
Pada
masa radiasi yaitu cuaca alam semesta berumur 1 detik sampai satu juta kemudian
pada saat terbentuknya fusi hydrogen menjadi helium mempunyai suhu 109
derajat Kelvin. Pada saat usia alam semesta berumur 105 sampai 106
tahun mempunyai suhu 3000 derajat Kelvin.
Teori
Ekspansi Dan Kontraksi
Teori ini
berlandaskan pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu "Masa
Ekspansi" dan "Masa Kontraksi" diduga bahwa siklus ini
berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun.
Dalam masa
ekspansi kemudian terbentuklah galaksi-galaksi serta bintang-bintangnya.
Ekspansi ini didukung oleh adanya tenaga yang bersumber dari reaksi inti
hidrogen yang pada akhirnya akan membentuk berbagai unsur-unsur terbentuk
menyusul dengan mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi. Disamping
itu, terdapat suatu hipotesis menarik yang diajukan oleh Fowler tentang
terjadinya galaksi yakni :kira-kira 12.000 juta tahun
yang lalu, galaksi di alam semesta yang jumlahnya ribuan tidaklah seperti
galaksi yang ada saat ini. Saat itu, galaksi masih merupakan kabut gas hydrogen
yang sangat besar. Kabut gas hydrogen tersebut bergerak perlahan dan berputar
pada porosnya sehingga seolah-olah berbentuk bulat karena gaya beratnya. Kabut tersebut kemudian
berkontraksi sehingga bagian luarnya banyak yang tertinggal.
Gumpalan
tersebut hydrogen yang sudah menjadi bintang tersebut juga melakukan kontraksi
secara perlahan, kemudian setelah berjuta-juta tahun bintang tersebut mempunyai
bentuk seperti benua langit sekarang ini.
Gagasan
Kuno Abad 19: Alam Semesta Kekal
Gagasan yang umum di
abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga
yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan
dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang
Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Para penganut materalisme meyakini model alam
semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam
bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George
Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang
diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti
diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".
Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.
Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.
Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Pemuaian Alam Semesta
Pada
tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom
Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah
astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia
menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah
spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika
bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya
yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar
cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan
Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna
merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi
kita.
Tidak lama sesudah
itu, Hubble membuat temuan penting lainnya:
Bintang
dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi.
Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua
isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa
memuai.
Agar
lebih mudah dimengerti, bayangkan alam semesta seperti permukaan balon yang
tengah ditiup. Sama seperti titik-titik pada permukaan balon akan saling
menjauhi karena balonnya mengembang, benda-benda di angkasa saling menjauhi
karena alam semesta terus memuai. Sebenarnya, fakta ini sudah pernah ditemukan
secara teoretis. Albert Einstein, salah seorang ilmuwan termasyhur abad ini,
ketika mengerjakan Teori Relativitas Umum, pada mulanya menyimpulkan bahwa
persamaan yang dibuatnya menunjukkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis.
Namun, dia mengubah persamaan tersebut, dengan menambahkan sebuah “konstanta”
untuk menghasilkan model alam semesta yang statis, karena hal ini merupakan ide
yang dominan saat itu. Di kemudian hari Einstein menyebut perbuatannya itu
sebagai “kesalahan terbesar dalam kariernya”.
Jadi,
apakah pentingnya fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam
semesta?
Pemuaian
alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari
satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik tunggal”
yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki “volume nol”
dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik
tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal
terbentuknya alam semesta ini dinamakan Ledakan Besar (Big Bang), dan teori ini
dinamai mengikuti nama ledakan tersebut.
Harus
dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan
deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”,
yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal
tersebut sebagai “titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang
tidak memiliki volume” ini berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari
ketiadaan.
Dengan
kata lain, alam semesta diciptakan.
Fakta
ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan
Al Quran empat belas abad yang lalu:
“Dia
Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al An’am:101)
Jika
kita membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar,
terlihat kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai
teori ilmiah pada abad ke-20.
Pemuaian
alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta
diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas baru ditemukan pada abad
ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam Al Quran
1.400 tahun yang lalu:
“Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa.” (Surat
Adz-Dzariyat: 47)
Pada
tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain mengenai teori Ledakan
Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta dari ledakan
hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari
ledakan tersebut. Lebih dari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di
seluruh alam semesta.
Bukti
“yang seharusnya ada” ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti
bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemukan gelombang ini secara
kebetulan. Radiasi yang disebut “radiasi latar belakang” ini tampaknya tidak
memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam
dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Ledakan Besar.
Penzias dan Wilson
dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.
Pada
tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke
angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai
sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan
perhitungan Penzias dan Wilson .
COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat yang mengawali terbentuknya alam
semesta.
Bukti
penting lain berkenaan dengan Ledakan Besar adalah jumlah hidrogen dan helium
di ruang angkasa. Pada penghitungan terbaru, diketahui bahwa konsentrasi
hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan penghitungan teoretis konsentrasi
hidrogen-helium yang tersisa dari Ledakan Besar. Jika alam semesta tidak
memiliki awal dan jika alam semesta ada sejak adanya keabadian (waktu yang tak
terhingga), seharusnya hidrogen terpakai seluruhnya dan diubah menjadi helium.
Semua
bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Ledakan Besar.
Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi
berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.
Dennis
Sciama, yang membela teori keadaan ajeg (steady-state) bersama Fred Hoyle
selama bertahun-tahun, menggambarkan posisi terakhir yang mereka capai setelah
terkumpulnya semua bukti tentang teori Ledakan Besar. Sciama mengatakan bahwa
ia telah ambil bagian dalam perdebatan sengit antara para pembela teori keadaan
ajeg dan mereka yang menguji dan berharap dapat menyangkal teori tersebut. Dia
menambahkan bahwa dulu dia membela teori keadaan ajeg bukan karena menganggap
teori tersebut benar, melainkan karena berharap bahwa teori itu benar. Fred
Hoyle bertahan menghadapi semua keberatan terhadap teori ini, sementara
bukti-bukti yang berlawanan mulai terungkap. Selanjutnya, Sciama bercerita
bahwa pertama-tama ia menentang bersama Hoyle. Akan tetapi, saat bukti-bukti
mulai bertumpuk, ia mengaku bahwa perdebatan tersebut telah selesai dan teori
keadaan ajeg harus dihapuskan.
Prof.
George Abel dari University of California
juga mengatakan bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam
semesta bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar.
Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori
Dentuman Besar.
Dengan
kemenangan teori Dentuman Besar, konsep “zat yang kekal” yang merupakan dasar
filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Jadi, apakah yang ada
sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini
“ada” melalui sebuah dentuman besar, jika sebelumnya alam semesta ini “tidak
ada”? Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington,
adanya fakta “yang tidak menguntungkan secara filosofis” (tidak menguntungkan
bagi materialis), yaitu adanya Sang Pencipta. Athony Flew, seorang filsuf ateis
terkenal, berkomentar tentang hal ini sebagai berikut:
Semua
orang tahu bahwa pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan
memulai dengan mengaku bahwa kaum ateis Stratonician telah dipermalukan oleh
konsensus kosmologi kontemporer. Tampaknya ahli kosmologi memiliki bukti-bukti
ilmiah tentang hal yang menurut St.
Thomas tidak dapat dibuktikan secara filosofis; yaitu
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sepanjang alam semesta dapat dianggap
tidak memiliki akhir maupun permulaan, orang tetap mudah menyatakan bahwa
keberadaan alam semesta, dan segala sifatnya yang paling mendasar, harus
diterima sebagai penjelasan terakhir. Meskipun saya masih percaya bahwa hal ini
tetap benar, tetapi benar-benar sulit dan tidak nyaman mempertahankan posisi
ini di depan cerita Dentuman Besar.
Banyak
ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis, telah mengakui
keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam semesta. Sang Pencipta
pastilah Dia yang menciptakan zat dan ruang/waktu, tetapi Dia tidak bergantung
pada ciptaannya. Seorang ahli astrofisika terkenal bernama Hugh Ross
mengatakan:
Jika
waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan
teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja
dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi
waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang
siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan
bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di
dalamnya
Zat
dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas
dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan
di bumi.
Allah
memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada
kita manusia empat belas abad lalu untuk menunjukkan keberadaan-Nya.
Terjadinya
Bumi dan Tata Surya
Ptolomeus
berpendapat bahwa semua benda di angkasa bergerak mengelilingi bumi, sehingga
teorinya disebut sebagai geosentris. Begitu juga Copernicos, Astronom Polandia
dengan teorinya heliosentris, dan didukung oleh Galileo Galeili. Tahun 1686,
Issac Newton dengan teori gravitasinya menjelaskan bahwa kunci dan
planet-planet lainnya mengorbit karena prinsip gravitasi.
Sehubungan dengan hipotesis
terjadinya sistem tata surya terdapat bebrapa hipotesis, yang secara
kategorikal dikelompokkan sebagai berikut:
Hipoteisi Nebular (kabut)
Terdapat, paling tidak dua tokoh
yang dapat diidentifikasi sebagai pencetus hipotesis nebular, yakni Immanuel
kant dan Piere Simon Marquis de Laplace.
Immanuel kant (1724-1804)
berdasarkan hukum Newton
tentang gravitasi, Kant mengatakan bahwa, asal segalanya ini adalah dari gas
yang bermacam-macam, yang tarik menarik membentuk kabut besar. Terjadinya
benturan masing-masing gas, menimbulkan panas pijarlah. Dan itulah asal dari
pada matahari. Matahari berputar kencang dan di khatulistiwanya mempunyai
kecepatan linier paling besar, sehingga terlepaslah fragmen-fragmen.
Fragmen-fragmen inilah yang tadinya pijar melepaskan banyak panas dan mengembun
kemudian cair dan bagian luarnya makin padat, demikianlah terjadi planet-planet
termasuk bumi kita ini.
Dibagian khatulistiwa terjadilah
pemisahan fragmen dari kabut tersebut. Fragmen yang dilemparkan kabut keluar
mendingin, mengembun, mencari dan akhirnya menjadi planet dan membentuk
planet-planet.
Hampir semua dengan teori kant
adalah hipotesis piere simon marquis de Laplace (1729-1827), seorang mata
cendikiawan perancis yang menyatakan: diagnosa terdapat kabut asal yang telah
berputar, berpijar dan panas. Putaran kabut yang berpijar secara mendingin
semakin cepat berutar, gas tersebut semakin mendingin dan menyusut sehingga
bentuknya menyerupai lingkaran. Semakin cepat putarannya, semakin mendekati
equator karena gaya
gravitasi, bentuk gumpalan gas di bagian tengah tidak begitu besar sehingga
terjadi pemisahan fragmen-fragmen tersebut berbentuk seperti cincin atau gelang
yang bergerak mengelilingi kabut induknya. Setelah gelangan fragmen pertama
terlepas dari induknya, terlepas pula cincin fragmen yang kedua, ketiga dan
seterusnya sampai yang kesembilan. Cincin itu semakin mendingin, menyusut lalu
membentuk planet, semuanya mengorbit induknya, satelit atau bulan yang
mengelilingi planet-planet tersebut terjadi dengan cara yang semua.
Hipotesis tidak (Hipotesis Pasang
Surut Gas)
Diungkapkan oleh Jeans
dab Haroid Jeffreys tahun 1919. Menurut hipotesis ini planet merupakan percikan
dari matahari yang sampai dini masih ada percikan itu disebut tidak. Tidak yang
besar yang kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah
matahari yang bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu jarang sekali
terjadi namun jika ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu sama lain,
maka akan terbentuklah planet-planet bara seperti teori di atas.
Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan di atas, dapat ditegaskan bahwa
teori-teori tersebut hanyalah sekedar menguji hipotesis. Setelah teruji
teori-teori tersebut masih sangat mungkin diperbaiki dengan teori-teori yang
lebih akurat. Namun demikian, teori-teori tersebut masih banyak diyakini orang
sampai sekrang.
Adapun
perspektif al-Qur'an tentang terjadinya alam semesta dapat disajikan sebagai
berikut:
Al-Qur'an
menegaskan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan sesuatu yang padu atau
meninggal yang kemudian Tuhan pisahkan. Dalam surat al-Anbiya' ayat 30 dinyatakan awalan
Artinya
: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?
Dari ayat
di atas, dapat duga bahwa perspektif al-Quran nampaknya sesuai dengan teori
pengetahuan modern, misalnya hipotesis Big Bag, yakni bahwa alam semesta pada
awalnya merupakan massa yang sangat besar dan panas lalu meledak karena adanya
reaksi inti dan kemudian membantu sehingga terbentuk planet-planet termasuk
planet bumi. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan oleh Jeans alam semesta
ini pada awalnya adalah gas yang berserekan secara teratur di angkasa luas,
sedangkan kabut-kabut atau kumpulkan kosmos itu tercipta dari gas-gas tersebut
yang telah mendingin untuk kemudian memadat.
Proses
Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa
Posted by lpisalmanitb under Astronomi, Sains & Al-Qur'an
[3] Comments
[3] Comments
Oleh: Dr. T. Djamaluddin
”Apakah kamu
lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya
gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah
itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu
{33}”
(Q.S.
An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan
alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab
lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan
berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh
karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut
dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah
ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di
atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan
masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan
sebagai berikut:
- Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I,
alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira
13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di
angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk
dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur
pertama yang terbentuk ketika dukhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20
juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom
hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran
sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2,
besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang
berubah.
Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan,
menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa
berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c).
Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi,
menghasilkan struktur filamen
(lembaran) dan void (rongga).
Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian
yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).
Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk
akibat big bang
Gambar 1b) hembusan
angin bintang dari kedua kutubnya
Gambar 1c) galaksi yang
terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya
Gambar 1d) struktur
filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas
- Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28
di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang,
sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi.
Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut
dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut
pun akan semakin menjauh (gambar 2).
Gambar 2) model roti kismis untuk
menggambarkan mengembangnya alam semesta
Mengembangnya
alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big
bang. Jadi, pada dasarnya big
bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan
alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan
kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau
kemungkinan lainnya akan mengerut.
- Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk
Bumi
Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi
sumber energi bintang seperti Matahari
Surat
An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang
dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang
relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti
pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti
halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari
reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan
tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi
yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi
bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3
ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi
nuklir pada Bulan itu sendiri.
- Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan
yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III
hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang
artinya, “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam”.
Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan
asal mula semua daratan di Bumi
- Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui
komet
Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa
unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31
di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula
terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi
ada air.
Jadi,
darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi
ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet
kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini
kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet,
adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada
komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada
Hidrogen pada umumnya.
Karena semua
kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama
berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
- Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya
hewan dan manusia
Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi
Dalam ayat 32
di atas, disebutkan ”…gunung-gunung
dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk
setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada
artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc
tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian,
setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih
sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika
diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Demikianlah
penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam
semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu
a’lam bisshowab.
Asal
Mula Kehidupan Di Bumi
Terdapat
dua mazhab teori yang mengungkapkan asal-usul kehidupan di bumi yaitu:
Teori
abiogenist (Generation Spontanin).
Teori ini beranggapan
bahwa mahluk hidup terjadi dengan sendirinya dari mahluk pana ahli sebelumnya,
abad ke 17. pendapat teori ini sedemikian extreme misalnya diyatakan kecobong
berasal dari lumpur, ulat berasal dari bangkai, bahkan dari gandum dapat
berubah menjadi tikus hanya dalam satu malam.
Teori
biogenesis
Teori biogenesis
menyatakan bahwa mahluk hidup berasal dari mahluk hidup yang lain. Teori ini
memiliki bebrapa sub madhab yaitu:
Semua
kehidupan berasal dari telur (omne vivum ex ovo). Tokohnya adalah Francisco
Redi. Redi membuktikan bahwa ulat dari bangkai berasal dari telur yang
meletakkan telurnya dengan sengaja.
Semua
kehidupan berasal dari jasad hidup sebelumnya. Dengan kata lain, adanya jasad
hidup (omne ovoum ex vivum) pelopornya adalah Lazzaro Spalllazani dengan
ekspirementasi terhadap kaldu dapat membusuhkan kaldu itu, bila kaldu ditutup
rapat setelah memilih maka tidak terjadi pembusukan. Sedemikian jauh sehingga
hampir semua ahli biologi sepakat bahwa pemula kehidupan terjadi di bumi ini,
tidak diluar bumi. Mereka menemukan makhluk hidup bersel satu sebagai pemula
kehidupan, yang kemudian terjadi evolusi organik menjadi evolusi organik
menjadi bersel banyak. Lebih lanjut opharin, seorang
sarjana rusia mengemukakan hipotesis bahwa terdapat makhluk peralihan dari
mahkluk tidak hidup ke mahkluk hidup. Opahrin menegaskan hipotesisnya
berdasarkan penelitian ilmu kimia, yakni bahwa tubuh orgnisme 99% terdiri dari
senyawa karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen. Pendapat Opharin ini dikuatkan
JBS haldane, sehingga teori keduanya dikenal dengan opharine haldane theory.
Dengan asal-mula kehidupan termasuk asal-usul manusia di bumi berdasarkan
perspektif Al-Qur'an , akan diuraikan terutama pada pembatasan tentang teori
evolusi dan rekayasa reproduksi menurut Al-Qur'an akan diuraikan terutama pada
pembatasan tentang reproduksi menurut al-Qur'an. Pada bab berikutnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah
kami membahas tentang terbentuknya alam semesta dapat kami simpulkan bahwa alam
semesta alam semesta atau jagad raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang
didalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta didalamnya terjadi
segala peristiwa alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak.
Saran-Saran
Demikian
pembuatan makalah ini semoga dapat dijadikan proses pembelajaran khususnya
dalam mengetahui proses terjadinya alam semesta Dan juga Makalah ini
dapat dijadikan acuan bagi pembaca untuk mendapatkan tambahan nama sain dalam
bidang astronomi serta dapat memadukan teori-teori
rasional dengan memadukan konsep-konsep tentang pembentukan alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
Mien Rosmini, ct. al, Ilmu
Alamiah Dasar. Semarang : IKIP Semarang Press, 1989
Ahmad,
Baiquni. Al-Qur'an Dan Ilu Pendidikan Kealaman. Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Edi,
Susanto. Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar. Pamekasan : STAIN Pamekasan Press
2006.
Hamzah,
Ali. Fahmi Basyas, Ilmu Alamiah Dasar, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ,1998, Jakarta .
Handayani
MM, Sri, Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar,____________,________
Jasin,
Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta
: Rajawali Persada. 1987.
Mas'ud,
Ibnu dan Paryono, Joko. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung : Pustaka Setia. 1999.
Mawardi
dan Hidayati, Nur. llmu Alamiah Dasar. Ilmu Sosial Dasar. Ilmu Budaya Dasar.
Bandung :
Pustaka Setia. 2004.
Yasin. Maskoeri, Ilmu Alamiah
Dasar,RT. Raja Grafindo Persada, 2005, Jakarta .
Firmansyah, Farid,Ilmu Alamiah
Dasar, Pamekasan : STAIN Pamekasan, 2007
Ahmadi,
Abu dan A. Supatmo. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Rineka Cipta. 2004
Aly,
Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, 1996, Jakarta .
Baiquni,
Ahmad, Al-Qur'an dan Ilmu Pengatahuan Kealaman , Dana Bhakti Prima Yasa
; 1996, Cet 1, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentt yoo..