Kamis, 11 April 2013

Teori Investasi



    Investasi adalah keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan kemampuan, menambah/menciptakan nilai hidup (penghasilan dan kekayaan). Investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga non fisik, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia.
    Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.

a.    Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
           Yang tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi, bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment).
   Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDB dikurangi penyusutan.

b.  Investasi Persediaan
               Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/keuntungan. Persediaan barang tersebut dikatakan sebagai investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.


Nilai Waktu dari Uang
              1.       Nilai Sekarang ( Present Value )
Nilai nominal dari sejumlah mata uang belum tentu akan lebih berharga dimasa datang. Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang diinginkan.

V  =    X                     Ket :  V  =  Nilai yang akan datang
        (1+r)                             X  =  Nilai sekarang
                                              t   =  Waktu
                                              r   =  Faktor diskonto

2.   Nilai Masa Mendatang ( Future Value )
      Menghintung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
      sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari
      sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama.

F  =  A (1+r)          Ket :  F  =  Nilai masa mendatang yang diharapkan
                                       A  =  Investasi awal
                                        t   =  Waktu

Kriteria Investasi

a.    Payback Period
      Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).

b.   Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
      B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

c.    Net Present Value (NPV)
      Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.

d.   Internal Rate of Return (IRR)
      Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

a.    Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)

              1.    Kondisi Internal Perusahaan
  Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol
  Perusahaan, seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM  dan teknologi. Sedangkan
  faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli,
  kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.

              2.    Kondisi Eksternal Perusahaan
  Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
  akan investasi utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan
  pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.

b.   Biaya Investasi
      Hal yangpaling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.

c.    Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal
      Efficiency of  Investement (MEI)

                               1.  Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga
MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.

                               2.  Marginal Effeciency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment (MEI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentt yoo..